Healthtech, Mudahkan Akses Layanan Kesehatan dengan Teknologi
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Akses terhadap layanan kesehatan yang belum merata merupakan salah satu permasalahan yang masih harus diselesaikan di Indonesia. Kondisi geografis negara yang terdiri dari ribuan pulau menjadi salah satu penyebab permasalahan ini. Salah satu solusi yang hadir seiring dengan berkembangnya teknologi yaitu healthtech.
Healthtech atau health technology adalah domain multi-disiplin yang melibatkan banyak tim penting seperti dokter, peneliti bidang kesehatan, teknik, manajemen data, dan ilmu sosial.
Munculnya startup healthtech yang menghubungkan pasien, dokter, apotek, dan laboratorium membuat layanan kesehatan kini dapat diakses dengan mudah, efisien, dan tepat sasaran.
Selain mudah, healthtech juga hadir dengan biaya yang lebih terjangkau. Sebagai perbandingan, biaya konsultasi dengan dokter yang mencapai Rp 200.000 di rumah sakit dapat ditekan menjadi Rp 35.000 hingga Rp 100.000 dengan bantuan teknologi ini.
Hal ini tentu jauh lebih terjangkau apalagi pasien tidak harus menghabiskan biaya transportasi dan lainnya untuk sampai ke fasilitas kesehatan.
Peluang healthtech di Indonesia
Konsultasi kesehatan secara online | pexels.com (Karolina Grabowska)
Selama pandemi Covid19, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan meningkat dengan signifikan. Hal ini membuat industri healthtech juga turut mengalami perkembangan.
Hingga Maret 2022 telah tercatat sedikitya 43 startup di bidang health technology. Halodoc memimpin pangsa pasar dengan persentase 71 persen, yang kemudian disusul oleh Alodokter, KlikDokter, Good Doctor, dan YesDoc.
Jumlah pendanaan pada sektor ini juga telah mencapai US$200 juta atau Rp 2,8 triliun pada Maret 2022. Lagi-lagi Halodoc memiliki jumlah pendanaan terbesar dengan US$158 juta atau Rp 2,2 triliun.
Kemudahan akses layanan kehatan yang ditawarkan healthtech merupakan hal yang sangat dibutuhkan masyarakat persebaran tenaga dan fasilitas kesehatan hingga saat ini belum merata.
Oleh karena itu industri ini memiliki peluang yang besar untuk berkembang dan menjadi solusi dari peningkatan kualitas dan kuantitas layanan kesehatan.
Apalagi menurut Health Investor Asia, pengeluaran untuk layanan kesehatan di negara ASEAN akan naik menjadi US$740 miliar pada tahun 2025. Angka ini naik lebih dari dua kali lipat dari pengeluaran pada tahun 2018 yaitu US$320 miliar. Hal ini diperkirakan akan terjadi karena kebiasaan hidup yang tidak sehat dan pergeseran demografi usia.
Tantangan yang dihadapi healthtech
Healthtech memudahkan akses layanan kesehatan | pexels.com (Tima Miroshnichenko)
Meskipun startup healthtech kini cukup populer, masih terdapat beberapa hal yang menghambat perkembangan sektor ini.
Salah satunya adalah belum terdapat regulasi kesehatan yang selaras dengan perkembangan teknologi di bidang ini. Hal ini berpengaruh terhadap keinginan investor untuk berinvestasi pada sektor health technology.
Masalah lain yang perlu dibenahi adalah keamanan data pengguna healthtech. Tahun lalu misalnya, Indonesia digemparkan dengan berita peretasan 279 juta data pribadi BPJS kesehatan.
Tidak hanya itu, Electronic Health Alert Card (e-HAC) yang dikelola Kementrian Kesehatan juga mengalami kebocoran data. 1,3 juta data pengguna e-HAC berupa kartu indentitas, alamat, hasil tes Covid dan lainnya pun bocor. Tidak hanya itu, kebocoran data juga termasuk data dari 266 rumah sakit dan klinik.
Kemudahan akses internet yang masih belum bisa terditribusi rata ke seluruh penjuru negeri juga menjadi salah satu tantangan perkembangan teknologi ini.
Pentingnya peranan kesehatan masyarakat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi sudah seharusnya menjadi dorongan yang cukup untuk menyelesaikan permasalahan-permasalan ini.
Harapan kedepannya dengan kerjasama para pemilik startup healthtech, pemerintah, dan stakeholder lainnya kualitas layanan kesehatan dapat terus menigkat baik secara online maupun offline.