WhatsApp Bakal Dilepas Zuckerberg, Ada Apa?
WhatsApp Bakal Dilepas Zuckerberg, Ada Apa?…
WhatsApp Bakal Dilepas Zuckerberg, Ada Apa?…
Detoks Digital, Apa Urgensinya?…
Andrew Tate dalam sebuah wawancara di Stand Out TV | Sumber: YouTube Stand Out TV
Andrew Tate, seorang mantan atlet kickboxing dan public figure secara mengejutkan dicekal di berbagai kanal media sosial, yakni Facebook, Instagram TikTok, dan YouTube. Menurut sejumlah sumber, hal ini disebabkan karena Tate sering mengeluarkan komentar bernada sinis dan ujaran kebencian, terutama mengenai perempuan di platformnya.
Banyak aktivis yang mengecam perbuatan Andrew yang dinilai sangat misoginis, sehingga ditakutkan akan mempengaruhi jutaan pengikutnya. Terlebih lagi sebagai contoh, ia memiliki follower di di Instagram mencapai lebih dari 4 juta pengguna.
Misoginis merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang terlalu membenci perempuan dan berpikir bahwa wanita-lah penyebab suatu masalah.
Dalam hal ini, pria berusia kepala tiga tersebut memang dikenal sering melontarkan komentar pedas tentang perempuan, salah satunya bagaimana ketika mereka diperkosa, maka sebagai korban harus mampu bertanggung jawab sendiri terhadap peristiwa itu.
Para developer media sosial kemudian mengambil langkah tegas dengan menghentikan dan mencabut segala video yang diunduh dari Tate. Hal ini juga untuk melindungi anak-anak muda yang mungkin bisa ‘terilhami’ dengan pemikirannya yang diopinikan sangat rasis dan radikal.
Menyikapi hal tersebut, pria berkepala plontos tersebut menyanggah bahwa dirinya membenci wanita dan merasa media terlalu menyudutkan dirinya. Apalagi, ia merasa hanya menampilkan bahan obrolannya sebagai seorang komedian dan tidak bermaksud yang sebenarnya.
Bahkan, disebut-sebut bahwa sebenarnya Andrew telah berniat memberikan sumbangan untuk yayasan yang berfokus dalam membela hak wanita.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Teknologi digital diciptakan dan hadir ke tengah-tengah kita untuk mempermudah kehidupan kita semua. Bukan malah menimbulkan masalah dan mengganggu kehidupan diri kita.
Dewasa ini, peningkatan aksesibilitas serta mobilitas teknologi digital dengan cepat mengubah cara kita berkomunikasi. Peradaban kita sekarang ini telah berada pada fase yang disebut-sebut oleh sementara kalangan sebagai fase homo digitalis, tatkala eksistensi kita, suka atau tidak, lebih banyak ditentukan oleh aktivitas digital.
Sulit dimungkiri bahwa kehidupan kita sekarang ini bergantung banyak pada teknologi digital, terlepas dari jabatan apa pun yang kita sandang maupun lokasi di mana kita berada. Tak perlu jauh-jauh, lihat saja keseharian kita. Bukan suatu yang aneh saat ini ketika kita bangun di pagi hari yang pertama kita cari dan sentuh adalah ponsel pintar. Hal seperti ini sudah menjadi semacam ritual harian bagi kebanyakan orang.
Bukan hal yang aneh pula tatkala kita ngumpul bersama orang-orang lainnya, entah itu teman, sahabat atau kerabat, perhatian kita dan juga perhatian orang-orang di sekitar kita justru terfokus pada gawai masing-masing. Ironis memang. Kita dekat, tetapi jauh. Sebaliknya, yang jauh dari kita mungkin malah menjadi dekat. Karena itu, sebagian orang menyebut bahwa di era digital ini gawai telah menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Sulit dibantah bahwa teknologi digital telah membantu mempermudah dan menyenangkan kehidupan kita. Walau demikian, tak semestinya pula kehidupan kita bergantung sepenuhnya pada teknologi digital. Ia memang penting. Tapi, kita dituntut selektif dalam menetapkan mana teknologi digital yang memang benar-benar kita butuhkan dan mana yang sama sekali tidak kita butuhkan.
Pada konteks inilah agaknya apa yang disebut oleh Cal Newport (2019) sebagai minimalisme digital perlu kiranya kita amalkan.
Newport mendefinisikan minimalisme digital sebagai filosofi penggunaan teknologi di mana kita memfokuskan waktu online pada sejumlah kecil aktivitas yang dipilih dan dioptimalkan, yang sangat mendukung hal-hal yang kita hargai dan kemudian dengan senang hati melewatkan hal-hal yang lainnya.
Lalu, apa sih tujuan minimalisme digital ini?
Pada dasarnya, minimalisme digital tidak dimaksudkan agar kita menjauhi teknologi digital. Apalagi sampai tidak memanfaatkannya sama sekali. Tujuan utama menerapkan minimalisme digital yaitu agar kita benar-benar fokus menggunakan hanya teknologi dan perangkat yang sangat berguna dan sangat kita butuhkan di saat yang tepat pula.
Oleh karena itu, selalu pastikan bahwa kita memang menggunakan teknologi dan perangkat digital yang hanya kita butuhkan. Dengan demikian, manfaatnya dapat benar-benar kita rasakan. Ambil contoh, jika kita seorang mahasiswa, gunakan teknologi dan perangkat yang mendukung aktivitas sebagai seorang mahasiswa.
Selain menetapkan teknologi dan perangkat digital seperti apa yang kita butuhkan, kita perlu pula membatasi aktivitas digital kita. Itu berarti bahwa kita mesti mampu mengatur kehadiran online diri kita. Kapan harus online dan kapan harus offline mesti bisa kita seimbangkan. Dengan begitu, fenomena yang dekat menjadi jauh dan sebaliknya yang jauh menjadi dekat tak perlu sampai akhinya mengganggu kehidupan kita.
Teknologi digital hadir untuk membantu aktivitas kita. Ia diciptakan untuk mempermudah kehidupan kita. Bukan malah menimbulkan masalah dan mengganggu kehidupan diri kita, keluarga kita, dan orang-orang lain di sekitar kita. Jangan sampai kehadiran teknologi digital justru merenggut bagian-bagian penting dan paling berharga dari kehidupan kita dan keluarga kita. Teknologi, seberapapun canggihnya, harus tetap mampu kita kendalikan. Jangan malah teknologi yang mengendalikan dan menjajah kehidupan kita.
Minimalisme digital perlu menjadi pilihan kita sekarang ini justru agar kita dapat memanfaatkan teknologi digital seoptimal mungkin untuk kebaikan diri kita, keluarga kita, dan orang-orang lain di sekitar kita. Bukan malah sebaliknya.***
—
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Keterjangkauan layanan internet dan kecepatan broadband di Indonesia perlu semakin ditingkatkan guna memperbaiki kualitas kehidupan digital masyarakat kita.
Perusahaan penyedia layanan virtual private network (VPN), Surfshark, baru saja merilis Indeks Kualitas Kehidupan Digital (Digital Quality of Life Index). Dalam indeks tersebut, Denmark berhasil menyabet predikat sebagai negara dengan kualitas kehidupan digital terbaik di dunia untuk saat ini. Pada tahun 2021 lalu, negara Skandinavia itu berhasil meraih total 0,83 poin, yang menempatkannya di peringkat teratas dari daftar 110 negara yang masuk dalam Digital Quality of Life Index.
Aspek-aspek yang jadi bahan penilaian untuk menetapkan kualitas kehidupan digital yaitu kualitas internet, keterjangkauan, keamanan siber, layanan pemerintahan online, dan infrastruktur elektronik.
Di bawah Denmark, ada Korea Selatan dan Finlandia. Masing-masing dengan 0,76 poin. Menyusul kemudian Israel (0,74 poin), Amerika Serikat (0,74 poin), Singapura (0,72 poin), Prancis (0,71 poin), dan Swiss (0,71 poin).
Denmark paling unggul dalam hal keterjangkauan internet dan infrakstruktur elektronik.Adapun soal kecepatan broadband, Singapura memimpin di urutan paling atas.
Untuk kualitas internet, Korea Selatan menduduki peringkat pertama. Sedangkan untuk pemerintahan elektronik dan keamanan elektronik, masing-masing dimenangi oleh Amerika Serikat dan Yunani.
Lantas, bagaimana dengan posisi Indonesia dalam Digital Quality of Life Index?
Di level global, Indonesia saat ini berada di peringkat 72. Sedangkan di level regional, Indonesia berada di peringkat 20 dari 32 negara.
Untuk keterjangkauan internet, posisi Indonesia berada di peringkat 97. Sementara dalam soal kecepatan broadband, Indonesia berada di peringkat 90.
Adapun untuk kualitas internet, infrastruktur elektronik, dan keamanan siber, Indonesia harus puas berada di peringkat 79, 74, dan 68. Untuk pemerintahan online, Indonesia menempati urutan 66.
Secara keseluruhan, posisi Indonesia dalam Digital Quality of Life Index kali ini anjlog satu peringkat dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya.
Tentu saja, Digital Quality of Life Index ini dapat menjadi rujukan berharga bagi pemerintah kita, terutama dalam upaya meningkatkan keterjangkauan internet dan meningkatkan kecepatan layanan broadband di negeri ini.
Keterjangkauan internet dibutuhkan agar keadilan digital dapat benar-benar mewujud di negara kita. Digitalisasi adalah sebuah keniscayaan. Layanan internet telah menjadi salah satu hak dasar masyarakat, tanpa terkecuali.
Oleh sebab itu, keterjangkauan internet wajib diusahakan. Hingga Juli 2022, masih ada puluhan ribu desa di negara kita yang masih belum terkoneksi internet. Pada saat yang sama, masih ada ratusan pos militer yang juga belum memiliki akses internet.
Kecepatan broadband di negeri ini perlu pula ditingkatkan. Kala dunia kian terdigitalisasi, keberadaan teknologi broadband sangat didibuthkan karena telah menjadi salah satu tulang punggung bagi kemajuan sektor ekonomi.
Para pakar ekonomi sepakat bahwa ketersediaan layanan broadband bakal meningkatkan lapangan kerja dan mengerek pertumbuhan ekonomi. Kajian yang dilakukan Bank Dunia menyimpulkan bahwa 1 persen penetrasi broadband dapat menurunkan 8,6 persen pengangguran, dan 10 persen penetrasi broadband dapat meningkatkan sekitar 1,38 persen pertumbuhan ekonomi.
Dalam mengejar kualitas kehidupan digital, Indonesia tidak boleh ketinggalan kereta dari negara-negara lainnya. Peringkat kita dalam Digital Quality of Life Index dapat dijadikan bahan masukan penting bagi para pengambil keputusan di negara kita dalam merumuskan dan menetapkan strategi yang tepat dalam ikhtiar mengerek tingkat kualitas kehidupan digital bangsa ini ke posisi yang lebih baik lagi, sehingga turut menopang peningkatan kesejahteraan masyarakat kita, di mana pun mereka berada.***
—
Menjelang peluncurannya pada 7 September mendatang, wajah iPhone 14 diketahui bocor ke publik. Penerus dari iPhone 13 ini nantinya akan menghilangkan poni (notch) kamera depannya. Sebagai gantinya, sebuah punch hole akan diletakkan di bagian atas, sehingga layar menjadi lebih luas dan minimalis.
Melansir dari MacRumors, seorang analis Apple, Ming-Chi Kuo (3/2021) berpendapat bahwa tahun 2022 ini model iPhone tidak akan memiliki “notch”, sebaliknya akan mengikuti gaya “hole-punch” yang saat ini sedang digandrungi oleh ponsel-ponsel Android.
Sejalan dengan rumor yang beredar, perusahaan besutan Steve Jobs tersebut dikabarkan memang sedang berupaya untuk mendesain model smartphone-nya menjadi bentuk “pil dan titik lingkaran” secara terpisah. Bentuk kapsul itu akan berfungsi sebagai kamera depan, infrared face ID, dan lainnya, sedangkan notch akan menjadi pengenal wajah atau face ID. Hanya saja, ini bukanlah keputusan akhir.
MacRumors menuliskan bahwa bisa saja, Apple justru akan menggabungkan “pill and hole”-nya ini menjadi satu dengan bantuan software. Artinya, keduanya bisa tampak terpisah atau menyambung jadi satu sebagai tanda pembeda apabila handphone sedang digunakan.
Untuk warnanya, iPhone 14 diramal akan tersedia dalam 6 warna, yakni hitam, putih, merah, hijau, biru, dan ungu. Sedangkan untuk iPhone 14 Pro, terdapat 5 edisi warna, yakni grafit, perak, emas, hijau, dan ungu.
Sebelumnya,Apple akhirnya mengonfirmasi bahwa perusahaan pengembangan elektronik dan perangkat lunak tersebut akan menggelar sebuah acara pada 7 September 2022 mendatang waktu setempat. Acara bernama Apple Event ini akan diselenggarakan di kantor pusat Apple di Cupertino, California, Amerika Serikat, tepatnya di Steve Jobs Theatre.
Banyak yang menduga, acara tersebut menjadi sinyal kuat atas peluncuran iPhone 14, AirPods, Apple Watch, atau bahkan chipset M2 yang disebut-sebut bakal menjadi prosesor tercepat di dunia.
Melansir dari laman Twitter-nya, Apple menayangkan pengumumannya dengan sebuah video berdurasi lima detik. Video tersebut berlatar belakang hitam dengan animasi menyerupai sekumpulan bintang, membentuk logo Apple (buah apel tergigit) dan berubah menjadi simbol “cinta”. Hingga hari ini (25/08), terpantau dari tim Digital Bisa, tweet tersebut sudah ditonton 4,3 juta kali dan disukai hingga 46 ribu orang.
Nantinya, event ini akan disiarkan secara live dari situs resmi Apple dan YouTube-nya. Adapun, bagi pemirsa Indonesia yang juga ingin menyaksikan, bila dikonversikan maka acara akan berlangsung di 8 September 2022 pukul 12.00 WIB.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Kehadiran pandemi COVID-19 memang benar-benar telah membawa banyak perubahan dalam segala bentuk kehidupan. Disrupsinya yang luas ke segala bidang menyebabkan tantangan baru sekaligus peluang bagi pihak-pihak yang bisa memanfaatkannya, termasuk pihak-pihak yang bergerak di bidang perdagangan.
Usaha penjualan umumnya dahulu memang biasa dilakukan secara langsung/offline. Tetapi kini justru sebaliknya, seakan gerai offline itu menjadi sampingan saja dengan pergerakan utamanya di penjualan online. Oleh karenanya kini, bagi sebagian besar manusia jaringan internet sudah seperti kebutuhan primer lagi layaknya makanan dan minuman.
Berbicara mengenai penjualan online/ e-commerce, selain melalui berbagai marketplace yang begitu populer semisal Tokopedia, Shopee, Blibli, dan sebagainya, sebenarnya ada salah satu media yang juga sangat potensial untuk menjajakan barang dagangan kita, yakni melalui media sosial (medsos).
Merujuk data terbaru dari We Are Social (Hootsuite), bahwa rata-rata penggunaan media sosial global di bulan Juli 2022 ternyata mencapai 10 sampai dengan 20-an jam per bulan.
Adapun di Indonesia sendiri, jika merujuk pada data We Are Social Februari 2022, maka ada 191 juta pengguna medsos Indonesia, atau hampir 70% dari total populasi Indonesia yang berjumlah 277 juta jiwa. Diantara medsos yang paling populer digunakan oleh masyarakat yakni Whatsapp, Instagram, Facebook, Tiktok, dan Telegram, yang secara berurutan oleh 88%, 84%, 81%, 63%, dan 62% pengguna.
Hal senada juga terjadi terbaru di bulan Juli 2022. Jika merujuk pada laporan Status Literasi Digital di Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC), maka WhatsApp menjadi platform medsos yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia, diikuti oleh Facebook dan Instagram.
Lalu sebenarnya apa motif utama masyarakat Indonesia dalam menggunakan medsos tersebut? Menariknya, masih merujuk pada studi We Are Social, setengah dari pengguna media sosial Indonesia ternyata menggunakannya untuk keperluan mencari sesuatu untuk dibeli/dikerjakan.
Meskipun pada posisi tertinggi memang penggunaan media sosial untuk keperluan komunikasi dengan keluarga atau teman, atau juga untuk sekedar mengisi waktu luang. Akan tetapi memang sifat mencandu yang dibawanya menjadikan media sosial sebagai salah satu peluang untuk penjualan.
Oleh karena itu, bagi para pejuang penjualan online, terlebih para pelaku UMKM atau pihak-pihak yang bergerak di bidang informal, media sosial ini di Indonesia benar-benar menjadi peluang yang besar untuk menggenjot penjualannya. Bukan hanya barang, media sosial ini juga sangat cocok untuk menawarkan jasa, misalnya dengan memasang status, posting, atau juga memberikan penarik diskon dan promo-promo tertentu, yang pastinya akan cepat tersebar di media sosial dengan begitu banyaknya pengguna.
Dengan prevalensi penggunaan media sosial oleh masyarakat ini, saya yakin, Indonesia tidak hanya bisa menjadi pasar konsumen yang lebih banyak dimanfaatkan oleh produk-produk barang dan jasa asing, tetapi juga bisa menjadi pasar yang potensial untuk produk dalam negeri.
Oleh karena itu, mau tidak mau pemerintah juga perlu terus menggenjot kerja sama dengan berbagai pihak termasuk operator telekomunikasi untuk mewujudkan konektivitas internet sampai dengan pelosok-pelosok negeri. Sehingga, selain mewujudkan pemerataan, hal ini juga semakin mempercepat pemulihan perekonomian dalam hal ini melalui katalisasi penjualan online. Dari Indonesia, untuk Indonesia! Merdeka!
Referensi:
https://datareportal.com/reports/digital-2022-july-global-statshot. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
https://digitalbisa.id/artikel/perkembangan-digital-indonesia-yang-terakselerasi-covid-19-Ab0iO. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia?rq=indonesia. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/04/whatsapp-media-sosial-paling-sering-digunakan-publik-untuk-berbagi-informasi. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
https://lordslibrary.parliament.uk/social-media-potential-harm-to-children/. Diakses tanggal 24 Agustus 2022.
iPhone 14, iPhone 14 Plus, iPhone 14 Pro, dan iPhone 14 Pro Max akhirnya resmi diperkenalkan Apple dalam acara yang digelarnya secara daring, “Far Out”, pada Kamis tengah malam (8/9/2022). iPhone 14 versi mini telah dihilangkan, sebagai gantinya dihadirkan iPhone 14 Plus. Melansir dari sejumlah surat kabar, tidak banyak perubahan yang berarti pada seri iPhone 14, tetapi perusahaan besutan Steve Jobs tersebut menampilkan banyak inovasi baru pada versi yang lebih tinggi, yakni Pro dan Pro Max.
Pada tipe yang lebih “biasa”, Apple masih memberikan poni pada layar depan yang berfungsi untuk sensor cahaya, face ID, speaker, dan lainnya. Adapun untuk perubahan banyak terjadi di bagian kamera yang lebih optimal dan cepat pada low-light , peningkatan kualitas di tempat yang redup, dan stabil.
Dari sisi prosesor, iPhone 14 dibekali dengan chipset lama seperti pendahulunya, yakni A15. Selain support 5G, untuk pertama kalinya Apple mengeluarkan produk smartphone-nya tanpa slot sim card. Mereka juga memberikan fitur SOS, yakni pengguna bisa meminta bantuan darurat meski tanpa internet sekalipun.
Apple menyematkan crash detector yang bisa mendeteksi adanya benturan. Tersedia dalam 5 warna, yakni biru, ungu, putih, hitam, dan merah, iPhone 14 akan dijual mulai 9 September dengan harga sekitar Rp 11,9 juta atau $799.
Sesuai dengan rumor yang beredar, perubahan besar dan sudah ditunggu-tunggu oleh publik, yakni tampilan “tanpa poni” bernama Dynamic Island pada versi Pro dan Pro Max. “Notch” digantikan oleh kapsul berbentuk panjang dan bisa berubah-ubah bentuk secara animasi, menyesuaikan kebutuhan dan notifikasi.
Dapur pacu yang dipasang pada seri kelas atas iPhone 14 ini adalah chipset terbarunya, yakni A16 Bionic. Versi smartphone ini juga dikatakan sebagai salah satu produk terbaik yang pernah dikeluarkan Apple dan ramah lingkungan.
Berikut adalah tayangan peluncurannya secara detail yang bisa anda nikmati di YouTube:
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Saat ini, kita semua hidup dalam sebuah dunia yang terdigitalisasi. Banyak aktivitas kita yang mesti melibatkan teknologi dan perangkat digital. Maka, kecakapan digital perlu sekali kita miliki. Tanpa kecakapan digital, kita bakal tergagap-gagap menapaki dunia yang terdigitalisasi.
Pertanyaannya adalah: kecakapan digital seperti apa yang perlu kita miliki?
Jika kita telisik, terdapat sekurangnya lima kecakapan digital yang minimal perlu kita miliki dewasa ini. Apa saja?
1. Komunikasi secara digital
Komunikasi adalah salah satu kecakapan penting yang wajib kita miliki. Dengan hadirnya teknologi digital, ada beragam pilihan cara untuk berkomunikasi secara digital. Kita bisa menggunakan surat elektronik, misalnya. Bisa juga memanfaatkan sarana media sosial atau lewat platform perpesanan, macam WhatsApp.
Dalam berkomunikasi secara digital, kita tak hanya melulu menggunakan teks, namun dapat juga melibatkan gambar, suara maupun video. Cara berkomunikasi secara digital ini perlu benar-benar kita kuasai sekarang ini. Tentu saja, bukan hanya menguasai bagaimana menggunakan saluran-saluran komunikasi digital yang tersedia, tetapi juga menguasai bagaimana seharusnya kita mengungkapkan pesan-pesan kita secara digital, mengingat setiap perangkat memiliki kelebihan dan keterbatasannya masing-masing.
Untuk konteks pekerjaan, bagaimana menggunakan Skype, Zoom atau jejaring pribadi virtual serta bagaimana mengelola jejaring profesional seperti profil LinkedIn termasuk pula bagian dari kecakapan komunikasi secara digital yang perlu kita miliki sekarang ini.
2. Mengelola informasi dan konten
Di era digital, informasi begitu melimpah. Ia mengalir tanpa henti. Problemnya adalah: tak semua informasi kita butuhkan. Di saat yang sama, tak semua informasi benar. Pada titik ini, kita dituntut mampu memilih dan memilah, mana informasi yang kita butuhkan dan mana yang tidak, mana informasi yang benar dan mana yang palsu.
Di sisi lain, saat ini setiap orang juga memiliki peluang untuk menjadi pencipta konten digital dan sekaligus mempublikasikannya. Dalam hal ini, kita dituntut pula untuk mampu memastikan konten digital seperti apa yang layak dipublikasikan dan yang tidak layak dipublikasikan.
3. Melakukan transaksi digital
Beragam aplikasi untuk bertransaksi secara digital tersedia sekarang ini. Dari mulai belanja, bayar tagihan, pesan tiket kereta atau pesawat, kirim uang, hingga pinjam utangan dapat dilakukan secara digital. Kita perlu benar-benar memahami dan menguasai cara-cara transaksi digital yang tersedia. Termasuk juga menguasai cara-cara mengisi beragam formulir digital.
4. Mencari solusi
Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Dengan kata lain, teknologi diciptakan untuk memberi kita solusi atas masalah-masalah yang ada. Beragam teknologi digital dan perangkat digital diciptakan untuk menyelesaikan bermacam permasalahan yang ada di sekitar kita sehingga membuat kehidupan yang kita lakoni menjadi lebih mudah. Kita perlu memiliki kemampuan dalam soal memilih teknologi digital dan perangkat digital yang harus digunakan untuk membantu memudahkan kehidupan kita.
5. Menjaga keamanan digital
Melakukan aktivitas digital bukan tanpa risiko. Jika ceroboh, aspek keamanan dapat saja menjadi taruhan. Oleh sebab itu, kecakapan dalam menjaga keamanan saat melakukan aktivitas digital perlu kita miliki. Sekadar ilustrasi, bagaimana memperlakukan kata sandi (password), cara mengidentifikasi konten atau tautan yang mencurigakan perlu benar-benar kita pahami dan kuasai.
Di samping soal keamanan, yang juga wajib kita pahami dan kuasai adalah soal regulasi. Ini ada kaitannya dengan undang-undang yang berlaku. Di Indonesia, kita, misalnya, memiliki Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Bagaimanapun, setiap aktivitas digital yang kita lakukan dapat membawa konsekwensi hukum. Maka, kehati-hatian perlu sekali kita kedepankan. Termasuk kehati-hatian ini adalah saat kita menggunakan karya orang lain, baik teks, suara, gambar atau video.
Dengan memiliki kecakapan-kecakapan tersebut, diharapkan kita semua dapat lebih nyaman serta aman dalam melakukan beragam aktivitas digital untuk memenuhi beragam tujuan dan kepentingan.***
—
Wajah Bjorka, hacker yang paling diburu di Indonesia saat ini | Sumber: screenshot YouTube
Setelah drama Bjorka beberapa hari ini menghiasi berbagai portal berita, hacker yang menghebohkan masyarakat Indonesia tersebut minggu ini terlihat ‘senyap’. Tidak ada lagi cuitan atau postingan yang dikeluarkan olehnya pada platform Telegram-nya (Bjorkanism) dan breached.to. Sedangkan pada akun Twitter-nya, diketahui memang telah ditangguhkan sehingga tidak bisa digunakan sementara waktu.
Oleh sebab itu, sebelumnya Bjorka telah mengeluarkan statement bahwa ia tidak pernah memiliki platform lain selain yang disebutkan (di atas), sehingga siapapun yang mengatasnamakannya di Twitter atau TikTok pastilah palsu. Adapun pada pesan terakhirnya di Telegram, Bjorka menuliskan bahwa dirinya akan memberikan kejutan segera.
Yang menarik, menelusuri dari sejumlah media, seorang pengguna Breach Forums bernama Emo mengaku telah bertemu dengan Bjorka di sebuah pusat perbelanjaan di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Ia mengatakan betapa bangganya telah bertemu langsung dengan peretas terkenal tersebut, tetapi tidak mau mengganggu privasi Bjorka dengan meminta foto bersama.
Pernyataan Emo ini kemudian direspon singkat oleh Bjorka, “Nice to meet you @Emo.” Sejak kedua momen tersebut, peretas yang berhasil mengambil jutaan data penduduk dari Surat Izin Mengemudi (SIM) itu hilang bak ditelan bumi. Satu hal yang perlu diingat, hacker misterius itu tadinya menyebutkan bahwa dirinya berbasis di Warsawa, Polandia.
Di sisi lain, DPR dan Presiden Joko Widodo diketahui telah mengetuk palu untuk mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) pada tanggal 20 September lalu. Dengan demikian, UU tersebut diharapkan dapat menjadi payung hukum yang mengatur perlindungan data pribadi. Apalagi, beberapa tahun terakhir kebocoran informasi terus meningkat dan sering terjadi.
Banyak yang berspekulasi, UU PDP yang sedianya sudah ada sejak beberapa tahun lalu dan baru disahkan sekarang ini, dipercepat karena adanya kasus Bjorka. Dengan kata lain, ada ‘kontribusi Bjorka’ di dalamnya.
Namun, pendapat tersebut disanggah oleh Mahfud MD, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Melansir dari CNN, undang-undang ini sudah dibahas sejak dua tahun lalu dan melalui proses yang panjang hingga resmi disahkan.