Tag Archives: Benarkah

Bjorka Ditangkap di Madiun, Benarkah?

Wajah Bjorka, hacker yang paling diburu di Indonesia saat ini | Sumber: screenshot YouTube


Drama hacker Bjorka belum juga terpecahkan. Setelah hampir dua minggu terakhir Indonesia dihebohkan dengan sosok peretas misterius yang mengaku telah mencuri miliaran identitas warga dari Surat Izin Mengemudi (SIM) dan menyebarkan data pribadi beberapa pejabat ke publik, ia diberitakan telah ditangkap. Menghimpun dari sejumlah media massa, Bjorka diidentifikasi sebagai seorang pemuda berusia 21 tahun dengan inisial MAH.

Pria yang diketahui berprofesi sebagai penjual es tersebut diamankan oleh Tim Cyber Mabes Polri di Kabupaten Madiun, untuk dimintai keterangan di Mapolsek Dagangan. Namun, melansir dari laman DetikJatim, lelaki itu sudah dipulangkan kembali ke rumah keluarganya oleh petugas polsek setempat.

Di lain sisi, Bjorka telah berkicau di akunnya pada Breadched.to untuk menanggapi penangkapan tersebut. Ia menyebutkan bahwa Indonesia telah mendapatkan informasi yang salah dari informannya, yakni Dark Tracer. Bjorka bahkan ‘mengolok-olok’ pemerintah sebagai orang yang idiot dan memojokkan Dark Tracer akan kemungkinan ‘korban salah tangkap’ sedang disiksa pihak keamanan.

Di Telegram-nya, hacker tersebut juga kembali menuliskan bahwa orang-orang (yang bekerja) di Dark Tracer tahu bahwa mereka telah memberikan info yang tidak valid, tetapi masih menerima imbalannya. Sementara MAH yang tertuduh sebagai Bjorka mungkin harus dipaksa mengakui sebagai dirinya, padahal tidak memiliki laptop atau komputer dan ‘hanya’ berprofesi sebagai penjual es.

“Do you know that, Dark Tracer? How about change your name to Dumb Tracer?,” lanjut peretas tersebut.

Sebelumnya, beredar kabar bahwa sejumlah data pribadi masyarakat telah menjadi korban pencurian secara illegal oleh hacker. Tak tanggung-tanggung, total sebanyak 1,3 milyar data kartu Surat Ijin Mengemudi (SIM) bocor.

Seseorang misterius bernama Bjorka di situs BreachForum kemudian ‘menantang’ Kominfo untuk membeli informasi tersebut sebesar Rp 744 juta untuk memori 87 GB. Ia bahkan menyertakan sample versi 2 GB. Namun, menanggapi hal ini, pemerintah menolak dan terus berupaya untuk menuntaskan masalah tersebut.

Kominfo telah mengonfirmasi bahwa tingkat kevalidan data NIK yang bocor tercatat hingga 20 persen dan belum diketahui sumber utama yang menyebabkan hal tersebut terjadi.