Google Workspace: Seribu Manfaat dalam Bekerja Secara WFH
Google Workspace: Seribu Manfaat dalam Bekerja Secara WFH…
Google Workspace: Seribu Manfaat dalam Bekerja Secara WFH…
Ilustrasi Bakar Uang | Sumber: Unsplash (Jp Valery)
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Apakah kamu pernah mendengar istilah bakar uang yang saat ini tengah ramai dibicarakan? Pasti anda pernah mendengar tentang promo gratis ongkir maupun voucher diskon yang ditawarkan pada oleh ojek online maupun e-commerce. Terutama di e-commerce warna oren yang menawarkan potongan 60 persen ditambah pula dengan promo gratis ongkir. Kadang terbesit di benak apakah untung jika memberikan promo segitu besarnya? Itulah yang disebut dengan bakar uang.
Sistem kerja dari bakar uang adalah membakar budget yang mereka miliki untuk diberikan kepada pelanggan dalam bentuk promo gratis ongkir serta voucher lainnya. Tujuannya adalah untuk menjangkau konsumen lebih luas atau brand awareness.
Contohnya adalah ketika awal munculnya ojek online. Masih sedikit yang menggunakan jasa antar tersebut. Namun ketika mulai bermunculan promo seperti voucher 100 persen semakin banyak konsumen yang berdatangan karena tergiur dengan potongan harganya. Tidak main-main dari yang harganya ratusan ribu bisa kena potongan harga puluhan ribu hingga setengah harganya. Sejak saat itu lebih banyak yang beralih menggunakan pemesanan online.
Sistem bakar uang tidak hanya dilakukan oleh startup besar. Banyak pula startup baru yang juga menggunakan metode bakar uang. Tujuan dari bakar uang tersebut adalah untuk menarik konsumen. Karena saat ini persaingan sangat sulit. Promo menarik seperti gratis ongkir serta potongan harga hingga cashback kepada konsumen menjadi magnet tersendiri.
Sebenarnya hanya di Indonesia di mana pelaku startup saling melakukan bakar uang. Di luar negeri jarang melakukan persaingan usaha seperti itu. Lalu kenapa sistem bakar uang atau yang dikenal juga dengan burn rate banyak dilakukan oleh pendiri startup? Padahal hasilnya tidak sedikit startup yang bernasib gulung tikar akibat menggunakan strategi bakar uang. Sebenarnya untung atau tidak sih ketika startup menggunakan sistem bakar uang?
Bakar uang merupakan salah satu usaha yang dilakukan perusahaan rintisan untuk mendapatkan banyak konsumen sehingga mampu menguasai pasar. Jika berhasil meraih loyalitas pelanggan maka kompetitor lain mau tidak mau akan mundur. Selain itu akan memberikan ketergantungan terhadap konsumen. Keuntungan yang tinggi juga disertai dengan resiko yang besar juga.
Namun dibalik itu, resiko dari bakar uang juga tidak main-main. Kehilangan profit merupakan tanggungan yang harus dihadapi. Dengan memberikan harga dibawah batas margin atau di bawah harga pasar membuat perusahaan rugi. Namun dengan cara itu dapat menarik konsumen serta menciptakan loyalitas.
Terjadilah persaingan penawaran harga antar kompetitor. Hal tersebut memicu dumping yang berkelanjutan. Dumping merupakan penawaran harga yang lebih rendah dibandingkan pasar. Tujuan dari bakar uang adalah untuk menciptakan konsumen yang loyal. Ketika tidak ada promo pun para konsumen tetap setia menggunakan aplikasi mereka. Namun, saat ini ternyata lebih banyak masyarakat yang menjadi digital tourism. Mereka mencari-cari aplikasi mana yang memberikan penawaran harga lebih banyak. Konsumen seperti itu yang merugikan uang investor. Ketika pesaing saling melakukan dumping maka perusahaan tersebut sama sama saling tidak memiliki profit. Lalu bagaimana mereka bertahan? Dengan putaran dana oleh investor.
Maka salah satu hal penting ketika suatu startup melakukan bakar uang adalah investor. Tanpa adanya investor bisnis tidak dapat berjalan. Saat ini investor juga lebih selektif dalam menyuntikkan dananya karena mereka menganggap sistem bakar uang tidak dapat terus dijalankan dalam perusahaan. Harus ada path to profitability.
Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menjelaskan jika saat ini era bakar urang telah usai. Menurutnya 6-18 bulan mendatang industri startup tidak akan seperti saat ini. Jika metode bakar uang tetap dilakukan malah akan menimbulkan masalah yang berkelanjutan. Maka lebih baik jika pelaku startup untuk mengurangi kegiatan bakar uangnya. Akan hadir era baru dan Roderick mengimbau bagi pelaku startup untuk bersiap-siap memasuki era baru.
Sumber : Situs IDX | Situs CNBC Indonesia
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Social Emotional Learning atau disingkat SEL adalah proses dimana anak-anak dan orang dewasa memahami dan mengelola, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati untuk orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Social Emotional Learning ini merupakan komponen penting yang harus dimasukkan dalam kegiaan pembelajaran, terlebih saat kegiatan belajar online dimana guru tidak bisa memonitor keadaan siswa secara langsung.
Pendekatan Social Emotional Learning sendiri harus sesuai dengan 4 bagian ini, yaitu Active (Menggunakan bentuk pembelajaran aktif yang dapat membantu siswa menguasai kemampuan baru), Focused (Menggunakan komponen pembelajaran yang menekankan pengembangan personal dan sosial siswa), Sequenced (Melakukan berbagai aktivitas yang secara bertahap membantu menumbuhkan SEL siswa), dan Explicit (Target khusus yang mengarahkan kemampuan sosial dan emosional siswa).
Guru bisa menerapkan The 3 Social Emotional Learning Signature yang dijadikan acuan untuk mengimplemantasikan Social Emotional Learning (SEL) kedalam kegiatan pembelajaran. The 3 Social Emotional Learning Signature adalah sebuah cara untuk menciptakan lingkungan yang suportif untuk menggiatkan SEL dengan cara membantu guru dan siswa untuk memulai 3 kebiasaan rutin, yaitu pada welcoming activities, engaging activities dan optimistic closure. Lalu bagaimana mengintegrasikan acuan ini dengan teknologi dan aplikasi yan digunakan secara online?
Pertama adalah welcoming activities, atau kegiatan rutin yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran. Contoh welcoming activities adalah menyambut siswa, mengucap salam, berdoa, menanyakan keadaan siswa dan kegiatan rutin lainnya yang dapat membuat siswa merasa termotivasi untuk mulai belajar. Menyambut siswa, mengucap salam dan berdoa dapat dilakukan langsung melalui paltform yang digunakan untuk mengajar online, seperti Zoom dan Google Meet. Sedangkan untuk mengetahui kondisi psikis siswa, guru bisa gunakan aplikasi bernama Mood Mater.
Mood Meter adalah aplikasi yang dirancang untuk mengetahui keadaan psikis siswa. Aplikasi ini berguna untuk meningkatkan kesadaran diri serta perasaan siswa. Guru bisa mengunjungi website resmi Mood Meter untuk mengunduh diagram visualisasi lalu menampilkan diagram pada layar dan meminta siswa untuk menuliskan keadaan emosi mereka.
Kedua adalah engaging activities. Engaging activities dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menunjang pembelajaran menggunakan teknologi interaktif dan juga kegiatan brain break untuk memberikan jeda berpikir sehingga siswa dapat kembali berfokus pada pembelajaran. Aplikasi yang bisa digunakan untuk engaging activities adalah GooseChase Edu dan Canva. Kedua aplikasi ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran semakin menarik dengan cara online scavanger hunt maupun desain visual menarik yang dibuat di Canva. Sedangkan untuk brain break, guru bisa menggunakan aplikasi Breathe, Think, Do with Sesame atau Stop, Breathe, and Think yang merupakan aplikasi meditasi untuk mengurangi kejenuhan siswa.
Terakhir adalah Optimistic Closure yang berisi kegiatan refleksi dan harapan siswa atas apa yang sudah dipelajari. Sebagai penutup kegiatan pembelajaran, guru dapat meminta siswa untuk membuat mind map pembelajaran melalui apliaksi Poplet. Hal ini dapat membantu guru untuk memonitor pemahaman materi siswa. Selanjutnya gunakan aplikasi Padlet untuk menuliskan perasaan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Beberapa aplikasi yang disebutkan diatas hanyalah sekian dari banyaknya aplikasi yang dapat digunakan guru untuk mengintegrasikan Social Emotional Learning (SEL) kedalam pembelajaran online. Aplikasi-aplikasi tersebut tidak hanya terbatas untuk SEL saja, namun dapat digunakan untuk menunjang kegiatan kelas lainnya.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Zaman berkembang dari masa ke masa. Begitupun dengan sistem pendidikan, dari masa penjajahan yang sangat sulit untuk menimba ilmu hingga sekarang yang sangat dimudahkan karena hadirnya teknologi. Digitalisasi pendidikan merupakan sebuah metode meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Indonesia dengan bantuan teknologi terkini. Terdapat banyak sekali contoh penerapannya, seperti e-learning, e-course, hingga e-library yang akan kita ulas dalam artikel ini.
Perpustakaan merupakan suatu media yang menyediakan berbagai macam bacaan, seperti buku, jurnal, skripsi mahasisiwa, biografi, hingga cerita fiksi. Wadah yang memfasilitasi semua kalangan mulai dari pelajar, tenaga pengajar, maupun seseorang yang sudah menjalankan karirnya untuk memperluas wawasan dan juga menambah ilmu yang sudah dimiliki. Selain itu, perpustakaan sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat mengerjakan tugas karena suasananya yang dapat dikatakan sunyi sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dalam berpikir.
Perpustakaan digital atau biasa disebut dengan e-library, mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 2000-an. Untuk kalian yang masih awam dengan e-library, e-library merupakan sebuah perpustakaan dalam bentuk digital yang memberikan pelayanan kurang lebih sama seperti perpustakaan konvensional pada umumnya hanya saja dilakukan melalui virtual. Dengan menggunakan layanan tersebut kita dapat membaca banyak koleksi bacaan dan dapat kita akses melalui komputer ataupun smartphone dengan format digital. Hadirnya e-library memudahkan sebagian besar orang yang ingin mencari informasi, tetapi tidak memiliki waktu luang untuk pergi ke perpustakaan. Hanya dengan mengakses melalui website ataupun aplikasi yang disediakan kita sudah dapat membaca buku yang kita inginkan, tentu untuk mengakses terdapat syarat dan ketentuan berlaku yang ditetapkan oleh masing-masing perpustakaan. Akan tetapi, apa saja kelebihan serta kekurangan atas hadirnya perpustakaan digital?
Kelebihan Perpustakaan Digital:
1. Efisiensi Waktu
Hadirnya e-library memungkinkan kita untuk dapat membaca buku ataupun karya tulis ilmiah di mana pun dan kapan pun. Dengan hanya mengakses gadget yang dimiliki, kita sudah dapat membaca berbagai macam koleksi bacaan yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Sebelum mulai membaca, tentu kalian harus terdaftar sebagai keanggotaan pustakawan online terlebih dahulu dengan cara membuat akun pada platform yang disediakan oleh masing-masing perpustakaan.
2. Minimnya Risiko yang Terjadi pada Buku
Hal ini dapat mengurangi risiko pada buku yang tersedia, seperti kehilangan, kerusakan, bahkan jika terdapat pustakawan yang tidak ingat untuk mengembalikan buku yang dipinjam. Tentu hal seperti itu dapat mengakibatkan kerugian bukan? Maka dari itu diciptakan e-library agar seseorang dapat membaca buku ataupun karya tulis ilmiah hanya dalam bentuk soft file tanpa harus meminjam buku fisik.
3. Tidak Memerlukan Biaya yang Besar
Diciptakannya inovasi e-library selain kekinian dan modern, tentu dapat menekan biaya pembangunan perpustakaan. Dengan memanfaatkan ilmu programming, kita tetap dapat membaca buku ataupun karya tulis ilmiah secara virtual tanpa perlu membangun gedung serta isinya.
Kekurangan Perpustakaan Digital:
1. Koleksi Buku yang Lebih Sedikit
Koleksi buku yang sedikit dapat meresahkan pembaca karena tidak menemukan bahan bacaan yang mereka inginkan. Resource yang belum terlalu banyak dan juga tidak setiap buku memiliki bentuk soft file, dapat mengurangi pustakawan yang berkunjung ke perpustakaan. Perlu adanya peningkatan lagi dalam menyediakan bahan bacaan sebagai alternatif dari sumber bacaan yang belum atau bahkan tidak tersedia dalam bentuk digital.
2. Tidak Dapat Menikmati Suasana Perpustakaan
Setiap orang yang datang ke perpustakaan tidak hanya melulu soal membaca buku, mereka biasanya datang karena ingin menikmati suasananya yang sunyi dan tentu sangat pas untuk meningkatkan konsentrasi dalam belajar. Akan tetapi, pada e-library kita tidak dapat melakukan hal seperti itu. Hanya saja kalian masih dapat membaca buku yang disediakan di tempat lain yang sama sunyinya atau bahkan dapat lebih nyaman.
3. Mengandalkan Jaringan Internet untuk Mengakses
Untuk mengakses bahan bacaan yang terdapat pada e-library kita perlu memiliki koneksi internet untuk membacanya. Karena resource yang disediakan disimpan pada sebuah website atapun aplikasi dalam bentuk penyimpanan cloud. Perlu kita ketahui bahwasannya penyimpanan cloud dapat diakses lebih dari satu orang, maka dari itu diperlukannya koneksi internet. Namun, kalian tidak perlu khawatir karena untuk mengakses satu bahan bacaan biasanya tidak memakan paket data yang terlalu besar.
Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwasannya setiap perubahan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karena perlu diingat juga suatu hal yang diciptakan oleh tangan-tangan manusia tidak ada yang sempurna, hanya saja dapat dipastikan selalu dihadirkannya pembaharuan untuk menggantikan generasi sebelumnya. Baik perpustakaan konvensional atau fisik maupun perpustakaan berbasis digital (e-library), keduanya dapat memberikan dampak positif berupa ilmu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Bahkan beberapa perpustakaan memadukan keduanya sebagai pilihan alternatif jika seseorang merasa lebih nyaman dengan salah satu dari kedua layanan yang disediakan. Mari kita upgrade media sumber bacaan guna meningkatkan level pendidikan serta minat literasi masyarakat Indonesia.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Perkembangan digital Indonesia berkembang pesat beberapa dekade ini. Semenjak diluncurkannya satelit Palapa A1, Indonesia perlahan mengejar ketertinggalannya dalam dunia digital. Beberapa era sudah dilewati Indonesia dalam perkembangannya. Termasuk era globalisasi seperti sekarang , era di saat gempuran dari dunia luar mau tidak mau harus diterima. Persaingan menjadi semakin ketat antara lokal dan impor.
Digital menjadi gerbong utama masuknya budaya globalisasi. Perkembangan dan penemuan baru terus bermunculan menjadi senjata bermata dua bagi negara kita. Selama beberapa dekade ini Indonesia turut berpartisipasi terhadap perkembangan yang ada. Seluruh komponen masyarakat memanfaatkan fasilitas digital yang disediakan. Hal ini memaksa semua golongan untuk beradaptasi dengan dunia digital. Mereka yang memilih stuck atau berdiam diri tentunya akan dianggap ketinggalan zaman.
Berbicara mengenai perkembangan dunia digital dalam dua dekade ini, tentunya kita merasakan hal yang sangat berbeda dibandingkan dengan era 90-an. Abad ini merupakan bukti perkembangan pesat perkembangan digital. Beberapa era di bawah ini yang menunjukkan perkembangan digitalisasi dalam kurun waktu dua dekade.
Nokia seri N dan Blackberry merupakan pelopor pertama smartphone di Indonesia. Sejak saat itu mulai merebak platform media sosial seperti BBM, Facebook, dan Twitter di masyarakat luas. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu tonggak utama perkembangan teknologi digital Indonesia. Pada era ini digital mulai merambah ke masyarakat tanpa memandang siapapun.
Jaringan 3G dianggap masuk ke Indonesia setelah Telkomsel berhasil memasarkannya secara komersial pada tahun 2006. Internet semakin terasa mudah untuk diakses oleh masyarakat luas. Penemuan ini semakin mempopulerkan platform sosial media yang terkenal hingga sekarang. Internet bisa diakses melalui genggaman.
Era ini dimulai dengan masuknya Apple dan Android ke Indonesia. Meskipun keduanya bisa dibilang kalah start dengan pesaingnya, hal ini tidak menghalangi mereka untuk menjadi lebih besar. Inovasi baru Apple yang menjadi gebrakan dunia digital saat itu adalah fitur layar sentuh yang lebih modern. Sedangkan Android tetap menjadi pesaing utamanya dalam berinovasi. Keduanya kini terus melebarkan sayapnya sebagai duo mega raksasa mengalahkan Blackberry dan Nokia.
Era ini ditandai dengan jaringan 4G. Jaringan ini dikomersilkan oleh Telkomsel di akhir tahun 2014. Pada era ini, Internet terasa semakin luas dikenal. Platform baru juga banyak bermunculan dan menjadi fenomena di masyarakat. Penyebaran Informasi juga melibatkan banyak orang sehingga terasa lebih mudah. Komunikasi digital juga menjadi aspek utama sejak ditemukan jaringan 4G ini.
Mengapa saya menyebut era ini dengan kreasi digital. Hal ini ditandai dengan mulai merebaknya kreator-kreator media sosial. Di era ini memungkinkan semua orang menjadi terkenal bahkan dengan karya sederhana. Munculnya istilah selebgram, seleb tik-tok, youtuber dan masih banyak lagi bagi mereka yang berhasil dengan karyanya. Sejak era ini juga banyak fenomena yang lebih mudah untuk dikatakan viral di masyarakat, sehingga penyebaran hoax juga semakin bertambah.
Berbeda dengan era-era sebelumnya, era ini diawali akibat pandemi yang melanda. Semua orang dipaksa untuk berdiam diri di rumah. Semua aspek dan bidang dalam kehidupan lumpuh total. Hal ini kemudian yang menjadi penyebab perubahan di masyarakat. Semua orang dikenalkan lebih dekat dengan digital. Mulai dari sekolah, bekerja, belanja, dan berkarya dari rumah. Peran penting digital seakan terasa di era ini. Kesulitan yang melanda masyarakat terbantu oleh digital.
Digitalisasi merupakan tonggak utama dalam perkembangan Indonesia maju. Pemanfaatan yang bermanfaat dan menuai hasil positif dalam masyarakat perlu dikembangkan lagi. Indonesia juga tidak perlu menunggu Inovasi lahir dari luar. Indonesia harus bisa menciptakan inovasinya tersendiri. Inovasi dan perkembangan digital yang tercipta untuk kesejahteraan masyarakat tentunya.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Digital skill yang dalam Bahasa Indonesia bisa lumrahnya dikatakan sebagai bagian dari adanya kecakapan mempergunakan media digital dalam upaya mendorong kemampuan untuk bisa beradaptasi dengan dunia digital menjadi kerangka kurikulum literasi digital. Khususnya hal ini berhubungan dengan empat pilar literasi untuk mengusasi perangkat teknologi informasi dan komunikasi.
Oleh karena hal tersebut, pada perkembangan saat ini bisa dikatakan penerapan digital skill sangatlah dibutuhkan. Khususnya bagi para pemuda/i yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di negeri ini.
Digital skill adalah bagian dari adanya kemampuan seseorang dalam memahami, mengetahui, sekaligus untuk mampu dalam mempergunakan perangkat keras dan lunak serta sistem operasi digital untuk mempermudah pekerjaan dan mengefesiensi waktu yang dalam dunia pekerjaan.
Sehingga penerapan digital skill mafhumnya dipelajari para pencari kerja, pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) yang ada di daerah ataupun pusat, pengusaha, dan lainnya.
Kasus terkait dengan adanya penerapan digital skill yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja;
Tentang adanya profesi menjadi project management di media sosial yang ada. Tentu saja bisa dikatakan sebagai bagian daripada penerapan digital skill yang harus dimiliki, langkah ini bisa saja dilakukan dengan menerapkan berbagai ide dalam membangun akun Instagram, menjadwalkan publikasi, serta menyusun kerangka postingan/publikasikan yang harus dilakukan.
Bahkan untuk menjadi penyusun dalam management konten tidak hanya berlaku bagi media sosial integram saja melainkan ada media sosial lain seperti TikTok, Youtube, Blogger, WordPress, dan lainnya.
Oleh karena itulah konten dalam hal ini bukan hanya berupa gambar, melaikan tulisan dan video juga ada di dalamnya.
SEO menjadi bagian daripada penerapan contoh digital skill yang kerapkali dibutuhkan bagi kehidupan sekarang, prihal ini misalnya saja adanya kemampuan seseorang untuk menjual produk ataupun barang dengan sistem periklanan dalam blog.
Proses ini membutuhkan kemampuan SEO yang mumpuni sehingga kemudian apabila tidak menguasasinya dengan baik tentu saja dapat menghilangkan pekerjaan seseorang dalam marketing.
Kasus lainnya yang bisa dikatakan sebagai bagian daripada digital skill dalam bidang pekerjaan bahkan juga dijadikan sebagai syarat untuk melamar pekerjaan ialah mampu memfungsikan Microsoft Word dan Microsoft Excel dengan baik.
Kedua aplikasi ini lazimnya menjadi skill awal bagi setiap orang untuk dapat mempergunakannya, tentu saja bisa dibayangkan apalabila tidak memiliki skill keduanya kembali lagi proses penulisan surat di kerta ataupun penghitungan data-data penting dilakukan secara manual.
Penerapan digital skill yang lainnya tentu saja berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola dan mempergunakan laptop, henphone, ataupun komputer dalam hal mendesain atas karya yang ingin dibuatnya.
Desain ini sendiri bisa dalam bentuk logo, meme, pamphlet, benner, dan lainnya.
Keterapilan mendesain sendiri bisa menjadi bagian daripada pekerjaan untuk era sekarang. Mulai dari menawarkan jasanya secara online ataupun dengan mengikuti perlombaan bertebaran di media sosial.
Youtube sebagai media sosial yang berbagai tentang adanya edukasi, musik, tutorial, dan lainnya bisa dikatakan sebagai bagian daripada digital skill yang bisa dipergunakan untuk bisa memaksimalkan penghasilan.
YouTube ini sendiri untuk memposting dan mempublikasinnya dibutuhkan SEO dalam membuat judul dan membuat deskripsi tujuannya agar bisa meuncul di mesin pencarian video.
Penggambaran atas adanya kasus tersebut bisa dikatakan sebagai bagian daripada digital skill dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber Tulisan: https://aptika.kominfo.go.id/2021/01/empat-pilar-literasi-untuk-dukung-transformasi-digital/
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Saya masih ingat, pada waktu masih di bangku SMP, di siang yang cukup terik itu dengan sepeda jengki saya melewati salah satu daerah persawahan yang konon terkenal angker. Daerah ini sekilas mirip seperti rawa yang tidak begitu luas dengan keberadaan sungai dan tumbuh-tumbuhan belukar yang liar.
Namun karena di siang-siang bolong, waktu itu saya enjoy saja melewati daerah tersebut sembari melihat pemandangan persawahan yang menyejukkan mata, ditambah dengan semilir angin yang sungguh membuat nyaman. Tetapi di suatu titik di daerah itu, tiba-tiba ban sepeda saya bocor, sehingga terpaksa saya harus mendorongnya daripada velg-nya rusak jika saya maksa menaikinya.
Saya memang jarang melalui jalan ini karena memang bukan rute jalan sekolah saya, tetapi karena saat itu saya hendak pergi ke rumah seorang teman, pemikiran saya berinisiatif melewati jalan itu, yang kebetulan juga menjadi shortcut yang cukup memangkas jarak tempuh.
Tidak hanya sekali, kalau tidak salah pada kesempatan ketiga saya melewati jalan itu, hal yang identik-pun juga terjadi. Waktu itu saya sudah duduk di bangku SMA. Ketika sore menjelang magrib, motor saya tiba-tiba mogok di titik yang sama ketika dahulu sepeda jengki saya bocor. Untung masih belum petang sehingga saya masih tenang saja mendorong motor saya di jalanan persawahan yang panjangnya hampir 1 km itu.
Sebenarnya saya cuek saja mendengar cerita-cerita tentang keangkeran daerah itu, bahkan ketika dua kali saya seperti “dikerjai” ketika melewatinya. Namun demikian, memang salah satu yang begitu lekat di pemikiran orang-orang sekitar termasuk saya adalah tempat itu merupakan tempat yang sepi, sunyi, terasing, jauh dari perumahan warga, dan tentunya gelap sekali saat malam hari.
Namun demikian, setelah lulus SMA saya bertahun-tahun merantau di Jakarta, ternyata digitalisasi tidak hanya lekat berimplikasi pada pola hidup daerah perkotaan, tetapi juga perdesaan, kampung, dan bahkan tempat yang identik “angker” sekalipun. Ketika mulai banyak mengenal media digital di ibukota, saya pikir masyarakat daerah kampung saya belum familiar dengannya, tetapi ternyata saya salah. Banyak keluarga dan masyarakat sekitar kampung saya telah memanfaatkan berbagai media sosial semisal facebook atau instagram.
Walhasil, banyak sekali invitasi pertemanan masuk di akun media-media sosial saya dari orang-orang kampung saya. Ketika sesekali kepo membuka akun orang-orang kampung saya, ada salah satu yang menarik saya, yakni akun instagram bernama Mbalong Kawuk, dengan official lagunya yang asyik didengar.
Siapa sangka, beberapa waktu yang lalu saat saya pulang kampung, pada suatu malam kakak saya mengajak “Yuk kita ke Mbalong Kawuk!”. Meskipun lupa-lupa ingat tentangnya, saya merasa frasa Mbalong Kawuk bukanlah sesuatu yang asing di telinga saya. Lalu saya meng-iyakan saja ajakan kakak saya tersebut, dan kami sekeluarga segera meluncur ke sana.
Ketika kendaraan kami mulai memasuki ujung jalan suatu persawahan, ternyata memori saya secara cepat berputar teringat masa-masa remaja. Saya cukup kaget dan senyum-senyum sendiri, dalam batin saya “ini dia ujung jalan dimana kenangan “manis” ban jengki tetiba bocor dan motor tetiba mogok waktu itu!”, “lalu mengapa kakak mengajak kesini, terlebih di malam hari?”.
Tetapi beberapa puluh meter kemudian saya mulai melihat kerlip-gemerlap lampu-lampu di sepanjang jalan yang tertata rapi. Kemudian sampailah kami di tempat dimana tepat di situlah titik daerah yang konon daerah angker itu, titik lokasi dimana saya “dikerjai” dengan ban bocor dan motor mogok. Tetapi sekarang begitu berbeda, daerah itu kini begitu indah dengan lampu-lampu yang tertata begitu indah, wahana-wahana permainan anak-anak, tempat kongkow anak muda, tempat memancing, kedai-kedai kopi dan berbagai makanan ringan, spot pertunjukan bakat/kesenian, dan sebagainya.
Daerah ini penuh dengan orang-orang, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai dengan kakek-nenek sekalipun. Melihat papan nama lokasi yang ada di atas sungai, akhirnya saya langsung teringat akun instagram Mbalong Kawuk. Saya penasaran apakah benar akun yang sebelumnya pernah saya buka waktu itu adalah akun pengelola Mbalong Kawuk ini. Dan seketika saya melihat berbagai postingan wahana, event, dan sebagainya yang ternyata benar merupakan Mbalong Kawuk ini.
Saya awalnya tidak percaya, tetapi ternyata benar sekali, media digital sepertinya benar-benar telah mendisrupsi kehidupan masyarakat tidak hanya perkotaan, tetapi juga perdesaan. Saya merasa pengelola Mbalong Kawuk cukup cerdas memanfaatkan kearifan lokal masyarakat sekitar yang suka kongkow-kongkow, ngopi, dengan memanfaatkan media digital untuk mempopulerkannya semisal instagram.
Bukan hanya mengubah citra angker daerah tersebut, kehadiran Mbalong Kawuk juga menjadi angin segar bagi pelaku ekonomi khususnya UMKM dan penjual informal seperti penjaja kaki lima. Sedangkan media digital merupakan katalisator perkembangannya. Dengan inovasi-inovasinya, akhir-akhir ini pengelola Mbalong Kawuk, yakni BUMDes Sumberejo Kulon bahkan dianugerahi sebagai Terbaik 1 BUMDes tingkat Provinsi Jawa Timur. Luar biasa!
Referensi:
https://www.instagram.com/mbalongkawuk_/. Diakses tanggal 23 Agustus 2022.
https://www.facebook.com/kacamatatulungagung/. Diakses tanggal 23 Agustus 2022.
https://tulungagung.jatimtimes.com/baca/271569/20220817/114200/kado-istimewa-hut-ke-77-ri-desa-sumberejo-kulon-kecamatan-ngunut-raih-jura-1-bumdesa-tingkat-jatim. Diakses tanggal 23 Agustus 2022.
…
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Perkembangan startup di Indonesia sangat maju. Telah banyak masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan yang beralih menjajaki dunia startup. Bahkan anak muda Indonesia saat ini lebih tertarik untuk terjun dalam dunia startup dari bidang pendidikan, finansial, kesehatan, agrikultur, dan lainnya. Potensi yang ada di Indonesia saat ini cenderung dibawa menuju digitalisasi atau berbasis teknologi mengingat perkembangan zaman di era society 5.0.
Namun untuk berhasil mendirikan startup menjadi unicorn, decacorn, hingga hectocorn bukanlah perkara mudah. Walaupun menempati posisi pertama di Asia Tenggara sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak, kegagalan menjalankan startup memiliki persentase 90 persen. Hal tersebut dikatakan langsung oleh Fajrin Rasyid, Direktur Bisnis Digital Telkom Indonesia yang pernah menjabat Co-Founder Bukalapak.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh tingkat keberhasilan yang rendah dari program Gerakan Nasional 1000 Startup yang diluncurkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Dari 1.300 startup yang mengikuti Gerakan Nasional 1000 Startup, yang mampu bertahan hanya mencapai 10 persen.
Salah satu faktor penyebab kegagalan tersebut antara lain adalah kurangnya pengalaman, bisnis yang dihadirkan tidak sesuai kebutuhan pasar, dana yang terbatas, pemasaran yang buruk, serta kalah saing dengan kompetitor lainnya.
Ketika diambang kegagalan, banyak cara yang dilakukan oleh founder startup untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satunya adalah dengan pemutusan hubungan kerja. Saat ini telah beredar kabar adanya pengurangan karyawan di sejumlah startup besar Indonesia. Antara lain Zenius, LinkAja, dan yang terbaru JD.ID. Jarak pemutusan hubungan kerja antara ketiga startup tersebut ternyata berdekatan dan diduga berkaitan dengan fenomena bubble burst. Apakah memang benar PHK yang terjadi memiliki keterkaitan dengan bubble burst?.
Fenomena bubble burst merupakan pertumbuhan ekonomi yang diawali dengan peningkatan yang pesat dengan ditandai nilai aset yang meroket tajam dan diakhiri dengan penurunan yang sangat cepat pula. Penurunan itulah yang disebut sebagai bubble burst atau ledakan gelembung.
Faktor-faktor penyebab dari bubble burst antara lain ketika permintaan konsumen mencapai puncak akibat adanya promo serta diskon. Untuk dapat bertahan dengan tetap mengadakan promo bukanlah perkara mudah. Konsumen saat ini sangat sensitif terkait ada atau tidaknya diskon. Jika tidak ada diskon atau promo maka penjualan akan menurun.
Selain itu saat ini startup di Indonesia banyak bermunculan. Pesaing baru menjadi tantangan tersendiri untuk menjaga pangsa pasarnya. Produk yang tidak memiliki nilai lebih akan kalah bersaing dengan kompetitornya. Jika telah kehilangan pasar maka akan sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari investor dalam mendanai keberlanjutan bisnis.
Berkaitan dengan investor, akibat berbagai macam masalah pada ekonomi global membuat investor lebih selektif dalam mengeluarkan uangnya. Dahulu ketika startup sangat ramai dibicarakan, investor terbilang gampang untuk menyuntikkan dananya. Hal tersebut membuat startup menjadi ketergantungan dengan adanya dana investor. Jika tidak berhasil mendapatkan pendanaan maka kegiatan operasional pasti akan sangat terganggu. Bahkan bisa menyebabkan gulung tikar.
Namun, menurut Rudiantara yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia menjelaskan jika adanya PHK pada startup besar di Indonesia bukanlah akibat dari fenomena bubble burst. Adanya pemutusan kerja merupakan hal yang wajar dialami oleh suatu perusahaan. Peristiwa tersebut tidak separah fenomena bubble burst pada dunia industri internet di tahun 1990-an atau sering dikaitkan dengan dotcom bubble.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Heru Sutadi, Direktur Eksekutif ICT Institute, apa yang terjadi pada startup besar di Indonesia saat ini bukanlah fenomena bubble burst atau pecahnya gelembung, namun merupakan kebocoran pada gelembung. Pendanaan yang sulit menjadi alasan kebocoran gelembung pada perusahaan. Karena saat ini banyak perusahaan yang menerapkan strategi bakar uang untuk menarik minat konsumen. Namun, menurut Heru, strategi tersebut akan mengalami kerontokan dalam 1-2 tahun ke depan.
Sumber: Situs ICAAI | Situs Katadata
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) yang sebelumnya berada di Jakarta menjadi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Berbagai macam pengembangan serta pembangunan telah dilaksanakan untuk menunjang berbagai macam aktivitas pemerintahan IKN Nusantara nantinya. Infrastruktur seperti istana negara, gedung pemerintahan, bandara, serta perumahan sedang dalam tahap pembangunan. Selain menciptakan pembangunan Ibu Kota Negara yang baru, pemerintah juga berusaha menjangkau masyarakat lokal untuk terus berkembang. Salah satunya dalam aspek teknologi.
Berkembangnya zaman menuntut manusia untuk selalu beradaptasi. Teknologi yang tidak ada habisnya serta digitalisasi yang terus bermunculan di seluruh sektor, diperlukan adanya usaha untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan digital. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) telah gencar dalam menjalankan program Smart Village Nusantara sebagai bentuk dalam mendukung ekosistem digital desa cerdas (smart village). Pemanfaatan teknologi dalam lingkup desa mencakup tata kelola pemerintah, layanan administrasi serta publik, serta peningkatan ekonomi masyarakat.
Seperti yang dijelaskan oleh Wahyudi, Senior Leader Smart Villages & Community Telkom, fitur dalam smart village bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat seperti pelayanan berbasis digital, komunikasi serta interaksi antar masyarakat, musyawarah rencana pembangunan atau musrenbang secara virtual, hingga transparansi APBDesa.
Kemudahan tersebut dihadirkan dalam aplikasi layanan SimpelDesa yang merupakan bagian dari Smart Village Nusantara. Kegiatan administrasi yang biasanya memerlukan waktu serta tenaga untuk mengurus di kantor desa bisa dilakukan hanya dari rumah saja. Selain itu, hubungan antar masyarakat seperti kegiatan perdagangan terasa lebih mudah sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli desa.
Informasi bersifat terbuka, di mana disediakan akses komunikasi antara Pemerintah desa dengan Lembaga Kemasyarakatan Desa yang dapat menunjang kemajuan desa. Transparansi juga menjadi poin utama dalam aplikasi SimpleDesa. Informasi yang transparan akan menciptakan komunikasi dua arah antara warga dengan Pemerintah Desa
Dari 3.035 penduduk Desa Bukit Raya pada 1.022 kepala keluarga, memiliki potensi pengguna aplikasi SimpelDesa sebanyak 2.341. Saat ini hampir 300 penduduk Bukit Raya yang menjadi pengguna aktif bulanan dari aplikasi SimpelDesa. Masyarakat kebanyakan mengakses fitur lapor desa, berita desa, lapor desa, serta kebutuhan administrasi yang bisa dilakukan secara digital.
Salah satu warga penduduk Desa Bukit Raya, Turun Widodo, menyampaikan jika ia telah merasakan manfaat yang diberikan dari aplikasi tersebut. Kegiatan jual beli dapat dilakukan dengan mudah melalui fitur desa. Turun berharap jika SimpleDesa dalam dikembangkan untuk memajukan perekonomian desa serta kemajuan desa
Selain melalui SimpleDesa, Telkom juga memberikan fasilitas promosi UMKM di Desa Bukit Raya dengan teknologi augmented reality. Ada juga fasilitas untuk melakukan tur secara virtual Titik Nol IKN Nusantara serta pengembangan tempat wisata Bukit Bangkirai dalam bentuk desain 3D.
Tidak hanya menghadirkan pelayanan digital pada masyarakat, Telkom juga telah meresmikan Micro Edge DC neuCetrlX Sepaku dan Digital Community Center Desa Bukit Raya dalam mewujudkan digitalisasi kelas dunia. Peresmian tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2022 oleh Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono, Komisaris Utama Telkom Bambang Brodjonegoro, serta Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah. Hadirnya data center tersebut bertujuan untuk mendukung pengembangan serta percepatan digitalisasi di wilayah Ibu Kota Negara baru.
Data center di Sepaku merupakan bagian dari ekosistem data center nasional dengan 7 klaster yang telah tersebar di wilayah Indonesia. Harapannya dapat mengakomodasi keperluan masyarakat serta menciptakan aktivitas perekonomian bagi perusahaan teknologi hingga penggerak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM khususnya di daerah rural.
Sumber : Situs Simple Desa | Situs Telkom Indonesia | Situs Smart City Nusantara | Situs Ibu Kota Negara