Smart Fisheries Village: Desa Perikanan yang Wajib Hits
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Ayo Kenalan dengan Smart Fisheries Village
Dalam artikel sebelumnya yang membahas ekonomi biru, disebutkan bahwa salah satu program kolaborasi antara Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) dengan Indonesia Telecommunication & Digital Research Institute (ITDRI) milik Telkom Indonesia adalah Smart Fisheries Village (SFV). Izinkan saya untuk mengingatkan kembali mengenai apa itu SFV. Dalam acara Bincang Bahari dengan tema Smart Fisheries Village yang diadakan pada 21 Juli 2022, I Nyoman Radiarta selaku Kepala BRSDM KP menjabarkan SFV sebagai berikut:
“Model pembangunan desa dari hulu sampai hilir dengan memperhatikan penerapan teknologi informasi, komunikasi, dan juga manajemen tepat guna. Harapannya, dengan memanfaatkan seluruh potensi tersebut, dapat sebagai (menjadi) pengungkit untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Dan program ini sebenarnya sangat in line dengan program peningkatan produktivitas perikanan budidaya dan juga kampung-kampung (desa) perikanan budidaya berbasis kearifan lokal, dan juga in line dengan program sebelumnya yang dimiliki oleh BRSDM KP yaitu desa inovasi dan juga desa mitra,” demikian dijelaskan oleh I Nyoman Radiarta.
Melalui SFV, diharapkan terjadinya kolaborasi fungsi pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan sehingga menjadi satu kesatuan yang akan melahirkan inkubasi bisnis yang kemudian muncul menjadi UMKM modern. UMKM modern ini akan berbasis pada penerapan teknologi informasi yang ada saat ini.

S.M.A.R.T Sebagai Kunci Penilaian Smart Fisheries Village
BRSDM KP sendiri telah menyiapkan sebuah kunci penilaian bagi pengembangan SFV nantinya. Penilaian tersebut tersemat dalam kata SMART yang merupakan akronim dari Sustainability, Modernization, Acceleration, Regenaration, dan Technology. Sustainability artinya SFV memperhatikan aspek-aspek lingkungan, keberlanjutan pemanfaatan lahan, dan ramah lingkungan. Modernization artinya menjadikan aktivitas pra produksi, produksi, dan pasca produksi menggunakan teknologi dan inovasi-inovasi yang ada. Acceleration adalah melakukan identifikasi permasalahan dan alternatif solusi pada pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Regeneration dimaksudkan agar adanya transfer skill dan knowledge kepada masyarakat desa sehingga memunculkan pembudidaya baru. Terakhir, Technology, dimaksudkan sebagai pemanfaatan aplikasi digital dalam aspek teknis dan manajerial.

Ilustrasi Smart Fisheries Village
Pengembangan SFV nantinya tidak hanya akan berfokus pada produktivitas perikanan budidaya saja (tawar, payau, asin atau laut), tapi juga akan ada produk-produk lainnya. I Nyoman Radiarta mengatakan bahwa nantinya akan dikembangkan kegiatan wisata seperti wisata kuliner, wisata edukasi seperti menanam padi dan memberi makan ikan, dan wisata olahraga seperti memancing. Ini menjadi sesuatu yang menarik dan menjanjikan karena membuka peluang untuk peningkatan ekonomi dan pemakmuran desa dengan tetap memperhatikan keberlangsungan ekosistem desa. Jika Anda sudah familiar dengan desa-desa digital yang dikembangkan oleh Telkom Indonesia melalui program Smart Village Nusantara (SVN) seperti Desa Kemuning di lereng Gunung Lawu, mungkin seperti itulah kira-kira SFV akan direalisasikan (dengan tetap melihat potensi dan permasalahan tiap desa yang pasti berbeda). Mengingat kolaborasi SFV ini sendiri juga melibatkan Telkom Indonesia melalui ITDRI.

Penerapan Pentahelix dalam Pengembangan Smart Fisheries Village
Masih ingat dengan konsep pentahelix? Seperti yang pernah disinggung dalam artikel sebelumnya, pengembangan SFV akan mengaktivasi jaringan kolaborasi pentahelix yang melibatkan berbagai pihak seperti akademisi, pemain bisnis, masyarakat, pemerintah, dan media. Karena itulah BRSDM KP akan dan sedang menjalin kerjasama dengan seluruh stakeholder yang ada. Kolaborasi ini sangat penting karena akan sangat memengaruhi perkembangan SFV ke depannya.
Masih dikutip dari acara Bincang Bahari Smart Fisheries Village, Kerjasama tersebut melibatkan di antaranya:
- Kemendes PDTT (Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Kemendes PDTT selaku kementerian yang memang memiliki program pembangunan desa akan menjadi mitra yang penting baik dari penyediaan data potensi desa, rekomendasi dan lainnya.
- Kemenkop UKM (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah)
Kerjasama ini ditujukan untuk pengembangan kelembagaan koperasi di desa.
- Start-UP
Akan terlibat mulai dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Contoh start-up yang terlibat adalah Minapoli.
- Swasta
Mendukung pelaksanaan SFV melalui CSR (Corporate Social Responsibility).
- XL Axiata
Sinergitas kegiatan SFV dengan Desa Digital Nusantara XL di kawasan pesisir.
- Universitas
Sinergitas kegiatan SFV dengan SCCIC (Smart City & Community Innovation Center) di Indramayu.
- BUMN (Telkom Indonesia)
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, maka keberadaan Telkom akan sangat dibutuhkan melalui inovasi-inovasi yang dimiliki.
- Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
Kemenparekraf diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan desa wisata di SFV, pendampingan peningkatan kualitas produk UKM, dan pendampingan inisiasi start-up kelautan dan perikanan.
- Pemerintah Daerah
Dukungan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan atas desa dan perangkatnya akan sangat membantu.

Kita doakan semoga program SFV ini dapat berjalan dengan baik dan bisa merata di seluruh wilayah Indonesia. Peningkatan kualitas desa yang diiringi dengan peningkatan SDM tentu akan memberikan manfaat yang besar bagi negeri kita tercinta. Bagi Anda yang tertarik mendapatkan gambaran yang lebih lengkap terkait SFV, saya sarankan untuk menonton acara Bincang Bahari SFV yang diunggah di channel youtube Kementerian Kelautan dan Perikanan. Semoga jaya Sektor Kelautan Indonesia!