Tag Archives: Hacker

Kominfo Enggan Beli Data SIM yang Bocor dari Hacker, Berikan Pesan Ini

llustrasi sim card dan handphone yang terpisah | Sumber: Unsplash (Brett Jordan)


Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan dengan tegas bahwa pemerintah tidak akan membeli data SIM yang dijual hacker bernama Bjorka di situs gelap Breached. Alasannya, Kominfo tidak ingin dianggap seolah menjadi penerima barang curian. Terlebih lagi, data-data tersebut diambil secara illegal dan kini ditawarkan hingga milyaran rupiah.

Melansir dari CNN, Semuel Abrijani Pangerapan di konferensi pers yang diselenggarakan pada Senin (5/9/2022) di Kantor Kominfo lalu memberi pernyataan bahwa dengan adanya situasi ini, masyarakatlah yang paling dirugikan. Apalagi, data-data tersebut dibutuhkan untuk akses layanan.

“Kamu (hacker) mendapatkan data pribadi, termasuk yang free ini saja, itu sudah melanggar. Yang free saja kita mendapatkan, itu kan data pribadinya orang. Memangnya orang sudah kasih consent ke kamu? Apa bedanya dengan barang curian? Kami menadah barang curian? Kalau beli sih, enggak mungkin lah, dari pemerintah!,” katanya, mengutip dari laman yang sama. 

Semuel menghimbau pada pelaku peretas untuk tidak perlu menyerang masyarakat, terlebih lagi apabila niatnya untuk mempermalukan.

Sebelumnya, beredar kabar bahwa sejumlah data pribadi masyarakat telah menjadi korban pencurian secara illegal oleh hacker. Tak tanggung-tanggung, total sebanyak 1,3 milyar data kartu Surat Ijin Mengemudi (SIM) bocor.

Seseorang misterius bernama Bjorka di situs BreachForum kemudian ‘menantang’ Kominfo untuk membeli informasi tersebut sebesar Rp 744 juta untuk memori 87 GB. Ia bahkan menyertakan sample versi 2 GB. Namun, menanggapi hal ini, pemerintah menolak dan terus berupaya untuk menuntaskan masalah tersebut.

Kominfo telah mengonfirmasi bahwa tingkat kevalidan data NIK yang bocor tercatat hingga 20 persen dan belum diketahui sumber utama yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Jim Geovedi Diduga Hacker Bjorka, Pernah Ubah Orbit Satelit China!

Beberapa hari ini, Indonesia dihebohkan dengan hacker bernama Bjorka yang dikabarkan telah meretas data Surat Identitas Mengemudi (SIM) dan menyebarkan data pribadi pejabat seperti Kepala Kominfo, Johnny G. Plate. Pemerintah sedang mengupayakan untuk segera menemukan peretas misterius tersebut. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah membentuk tim khusus yang ditujukan untuk menangkap Bjorka ini.

Tak berapa lama kemudian, nama Jim Geovedi mulai dihubung-hubungkan sebagai teman dari sosok Bjorka ini. Pria berkacamata tersebut menjadi trending topic di Twitter hari ini, Kamis (15/09). Dugaan ini bermula karena Jim tidak berkomentar apapun mengenai kasus Bjorka. Menanggapi ‘tuduhan’ itu, ia hanya membalas dengan mengunggah gambar ‘anjing yang panik’ mlalui akun pribadinya. Lantas, siapakah Jim Geovedi?

Jim lahir di Bandar Lampung pada 43 tahun yang lalu ini berkarier sebagai ahli keamanan teknologi informasi, terutama pada penemuan celah di computer security dan jaringan khusus sistem telekomunikasi dan satelit. Jim terkenal berkat ‘bakat cemerlangnya’ yang mampu meretas satelit China dan Indonesia, meski untuk kepentingan uji keamanan kontrol satelit.

Jim Geovedi Diduga Hacker Bjorka, Pernah Ubah Orbit Satelit China!

Kala itu, berkat dirinya yang menggeser satelit China dari orbitnya, pemerintah sana sempat panik karena cukup sulit mengembalikan letak posisinya seperti semua. Apalagi, butuh bahan bakar ekstra untuk perbaikan tersebut.

Pria yang lahir di tahun 1979 ini dijuluki media asing sebagai ‘Contoh Pria Terkenal di Dunia IT yang Mengandalkan Kecerdasannya Tanpa Gelar Akademik’.

Hal ini cukup berdasar mengingat sepak terjang Jim muda yang justru menjadi seniman grafis di jalanan keras Bandar Lampung selepas lulus SMA. Ia justru baru memulai ‘karier’nya sebagai peretas setelah seorang pendeta memperkenalkannya pada komputer dan internet, kemudian mempelajarinya secara otodidak. Jim Geovedi berhasil masuk ke dalam chatting para hacker global.

Menurut sejumlah surat kabar, Jim diketahui mendirikan beberapa perusahaan konsultan teknologi informasi, seperti C2PRO Consulting (2001), Bellua Asia Pacific (2004) yang kemudian berganti nama menjadi Xynexis International, dan Noosc Global (2004). Saat ini, pria asal Lampung itu telah menetap di London, Britania Raya, dan mendirikan perusahaan konsultan keamanan siber. 

Selain itu, lelaki yang pernah bekerja sama dengan KPU untuk mencari peretas data penghitungan suara pemilu tahun 2004 ini juga menjadi pembicara di berbagai negara yang berkaitan dengan cyber security. Dengan sederet prestasi dan kontribusinya itu, Jim selalu menolak disebut sebagai seorang expert, melainkan ‘pengamat’ atau partisipan aktif’.

Ia pun mengungkapkan, meski mampu mengontrol seluruh internet di Indonesia, dirinya tak tertarik melakukan hal tersebut. Melansir dari DW, Jim merasa sebagai orang yang bersyukur dan tidak memiliki keinginan lebih dalam hal materi.