Solusi Membangun Komunikasi Krisis Perusahaan di Era Digital
Di era digital ini, tantangan perusahaan dalam menghadapi krisis semakin besar. Berbagai macam kejadian seperti hoax, ujaran kebencian, dan sebagainya semakin banyak bermunculan, terlebih dengan berkembangnya media digital. Dalam media digital, semua orang mempunyai kesempatan untuk membuat konten dan menyampaikan pendapat mereka.
Kemampuan komunikasi krisis sangatlah diperlukan untuk menangani berbagai macam krisis yang terjadi di perusahaan. Menurut buku yang berjudul “Corporate Communication, Praktik Terbaik Komunikasi Perusahaan” karya Dr N Nurlaela Arief, komunikasi krisis merupakan kunci penting dalam menghadapi krisis yang terjadi di perusahaan. Komunikasi krisis merupakan dialog antara organisasi dan publik sebelum, selama serta setelah kejadian negatif di perusahaan terjadi yang bertujuan untuk meminimalkan kerusakan pada citra atau reputasi organisasi.
Lalu bagaimana cara agar perusahaan dapat membangun komunikasi krisis yang lebih mumpuni di era digital ini? Di bawah terangkum beberapa tips dan solusi agar praktisi komunikasi profesional dalam perusahaan dapat membangun komunikasi krisis yang lebih baik:
1). Membangun sistem media monitoring berbasis big data
Kehadiran media monitoring sangatlah diperlukan dalam memantau media. Kita bisa mengetahui berapa banyak jenis media, baik itu media resmi maupun media sosial yang memberitakan tentang perusahaan tempat kita bekerja. Kita pun dapat memonitor apakah berita-berita tersebut bersifat positif, netral atau negatif. Manfaatkanlah teknologi big data dalam sistem media monitoring perusahaan. Dengan demikian, berita dapat muncul secara otomatis sehingga lebih cepat untuk diperoleh dan ditindaklanjuti.
2). Membangun media relation yang kuat
Perusahaan harus lebih gencar dalam membangun media relation. Libatkanlah peran media dalam berbagai acara atau agenda perusahaan, tidak hanya sebatas konferensi pers. Sesekali, ajaklah media dalam kegiatan informal seperti ngopi bersama, makan siang bersama, hingga jalan-jalan. Kegiatan yang informal dapat membuat komunikasi dan hubungan antar individu lebih akrab, sehingga hubungan yang dibangun bisa lebih erat. Komunikasi dengan media pun harus dilakukan lebih intensif. Jika media sudah dekat dan percaya dengan kita, krisis komunikasi akan lebih mudah untuk ditangani.
Pastikan kita responsif terhadap media, baik itu terhadap keluhan maupun berbagai macam pertanyaan. Hindari kata-kata seperti “no comment”, karena hal tersebut terkesan seperti kita lari dari masalah. Selain itu, berhati-hatilah saat menjawab pertanyaan, jangan sampai kita menyebarkan rahasia perusahaan atau hal-hal yang sensitif menyangkut perusahaan atau topik lainnya.
3). Melibatkan narasumber terpercaya
Krisis yang terjadi dalam perusahaan berpotensi untuk menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tentu bukan hal yang mudah. Untuk itu, perusahaan harus menyediakan narasumber yang terpercaya dan kompeten untuk diwawancarai oleh media.
Krisis dalam perusahaan dapat terjadi kapan saja dan dalam kondisi yang tidak terduga. Sebagai PR profesional, kita harus selalu siap dalam menangani berbagai macam masalah dan konflik. Kuncinya, kita harus selalu menangani hal tersebut dengan cepat, responsif, dan bertanggung jawab.
Referensi:
Arief, N. (n.d.). Corporate Communication: Praktik Terbaik Komunikasi Perusahaan. Simbiosa Rekatama Media.