Masyarakat Kuat Tanpa Hoaks, Bagaimana Caranya?
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Hoaks, atau yang lebih sering disebut sebagai berita bohong. Fenomena yang sering terjadi di masyarakat awam maupun pengguna media sosial. Sebelum berkembangnya era revolusi digital Indonesia, sebenarnya berita hoaks sudah ada meskipun tidak marak seperti sekarang.
Pada tahun sebelum revolusi digital, media informasi hanya terfokus pada beberapa sumber. Pemancar sinyal radio, dan surat menyurat adalah hal lumrah di kala itu. Masyarakat kebanyakan mendapatkan informasi dari surat kabar atau majalah. Bisa dibilang untuk memuat suatu peristiwa ke media publik cukup sulit. Karena tidak sembarangan orang bisa melakukannya.

Kondisi di atas tentu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Semua orang bisa membagikan momen, dan memberikan informasi ke dalamnya secara bebas. Terutama platform media sosial yang hampir menjadi penyalur utama kebebasan berekspresi masyarakat. Di tengah kebebasan tersebut, muncul satu persatu masalah yang bisa menyebabkan disintegrasi antar sesama. Munculnya akun penyebar hoaks dengan tujuan tidak baik. Oknum-oknum seperti ini yang bisa mengubah tatanan masyarakat dimulai dari sosial media.
Masyarakat yang cukup awam mungkin akan meresponnya dengan serius tanpa memilah berita mana yang tidak benar. Hoaks yang dapat berisi ujaran kebencian, fitnah, berita bohong, dan lain sebagainya. Kabar burung yang tidak jelas datangnya dari mana dapat dengan mudah tersebar dan menyebabkan kepanikan publik.
Selain itu, para oknum memiliki tujuan yang berbeda setiap menjalankan aksinya. Hoaks dapat memicu amarah dan kehebohan publik tanpa jelas darimana sumbernya. Hal seperti ini sangat rentan terhadap mereka yang masih pemula dalam bersosial media. Para pengguna baru tidak memfilter berita yang diterima dan menganggap semua informasi itu benar.

Jika berbicara mengenai oknum yang membuatnya, mereka memiliki cara yang berbeda-beda. Pada zaman dahulu hoaks tersebar melalui mulut ke mulut hingga tersebar luas. Berbeda pada zaman sekarang, seiring perubahan menuju digitalisasi, hoaks semakin terasa lumrah di kalangan masyarakat.
Untuk mengatasi masalah di atas tentu diperlukan kesadaran umum dan fasilitasi pemerintah untuk mengurangi penyebarannya. Sejauh ini penyebaran hoaks dapat teratasi dengan memeriksa atau melaporkannya secara langsung. Beberapa media sosial juga lebih ketat terhadap berita-berita yang ada di dalamnya.
Beberapa fitur yang dapat kalian gunakan jika menemukan konten hoaks di media sosial . Untuk media sosial besutan Meta seperti Facebook dan Instagram, kalian bisa menggunakan fitur Laporkan Postingan, dan masukkan sebagai kategori informasi palsu. Hal ini juga dapat berlaku untuk media sosial lainnya. Selain itu, kalian dapat mengirimkan aduan melalui situs aduankonten.id milik Kominfo.
Lalu, bagi kalian yang belum tahu apakah berita tersebut hoaks atau fakta, kalian bisa mengeceknya di beberapa situs terpercaya berikut ini. Diantaranya adalah turnbackhoax.id, cekfakta.com, dan s.id/infovaksin (khusus untuk informasi hoax tentang covid). Untuk situs dari pemerintah sendiri telah menyediakan komin.fo/inihoaks dari Kementrian Komunikasi dan Informatika sebagai sarana informasi.
Selain itu, untuk mengurangi penyebaran informasi tidak benar. Masyarakat perlu diarahkan kembali untuk membaca berita informasi dari sumber terpercaya. Ada banyak platform di luaran sana yang mengandung provokasi dan hoaks. Sehingga kita perlu platform yang bersih dan berkualitas seperti digitalbisa sendiri.
Selanjutnya tinggal masyarakat dan kita sebagai pengguna aktif media sosial perlu bijak dalam menanggulangi penyebaran hoaks. Masyarakat awam juga diperlukan bimbingan dalam menghadapi hoaks, karena mereka adalah yang termasuk paling rentan terkena dampaknya. Sebagai generasi bangsa yang menjadikan negara ini semakin maju, kita harus bisa menghadapi hal-hal yang dapat mengacaukan tatanan sosial seperti hoaks ini.
Referensi : Situs Kominfo