3 Situs Belajar Bahasa Inggris Online Gratis, Tertarik Mencoba?
3 Situs Belajar Bahasa Inggris Online Gratis, Tertarik Mencoba?…
3 Situs Belajar Bahasa Inggris Online Gratis, Tertarik Mencoba?…
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Social Emotional Learning atau disingkat SEL adalah proses dimana anak-anak dan orang dewasa memahami dan mengelola, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati untuk orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Social Emotional Learning ini merupakan komponen penting yang harus dimasukkan dalam kegiaan pembelajaran, terlebih saat kegiatan belajar online dimana guru tidak bisa memonitor keadaan siswa secara langsung.
Pendekatan Social Emotional Learning sendiri harus sesuai dengan 4 bagian ini, yaitu Active (Menggunakan bentuk pembelajaran aktif yang dapat membantu siswa menguasai kemampuan baru), Focused (Menggunakan komponen pembelajaran yang menekankan pengembangan personal dan sosial siswa), Sequenced (Melakukan berbagai aktivitas yang secara bertahap membantu menumbuhkan SEL siswa), dan Explicit (Target khusus yang mengarahkan kemampuan sosial dan emosional siswa).
Guru bisa menerapkan The 3 Social Emotional Learning Signature yang dijadikan acuan untuk mengimplemantasikan Social Emotional Learning (SEL) kedalam kegiatan pembelajaran. The 3 Social Emotional Learning Signature adalah sebuah cara untuk menciptakan lingkungan yang suportif untuk menggiatkan SEL dengan cara membantu guru dan siswa untuk memulai 3 kebiasaan rutin, yaitu pada welcoming activities, engaging activities dan optimistic closure. Lalu bagaimana mengintegrasikan acuan ini dengan teknologi dan aplikasi yan digunakan secara online?
Pertama adalah welcoming activities, atau kegiatan rutin yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran. Contoh welcoming activities adalah menyambut siswa, mengucap salam, berdoa, menanyakan keadaan siswa dan kegiatan rutin lainnya yang dapat membuat siswa merasa termotivasi untuk mulai belajar. Menyambut siswa, mengucap salam dan berdoa dapat dilakukan langsung melalui paltform yang digunakan untuk mengajar online, seperti Zoom dan Google Meet. Sedangkan untuk mengetahui kondisi psikis siswa, guru bisa gunakan aplikasi bernama Mood Mater.
Mood Meter adalah aplikasi yang dirancang untuk mengetahui keadaan psikis siswa. Aplikasi ini berguna untuk meningkatkan kesadaran diri serta perasaan siswa. Guru bisa mengunjungi website resmi Mood Meter untuk mengunduh diagram visualisasi lalu menampilkan diagram pada layar dan meminta siswa untuk menuliskan keadaan emosi mereka.
Kedua adalah engaging activities. Engaging activities dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menunjang pembelajaran menggunakan teknologi interaktif dan juga kegiatan brain break untuk memberikan jeda berpikir sehingga siswa dapat kembali berfokus pada pembelajaran. Aplikasi yang bisa digunakan untuk engaging activities adalah GooseChase Edu dan Canva. Kedua aplikasi ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran semakin menarik dengan cara online scavanger hunt maupun desain visual menarik yang dibuat di Canva. Sedangkan untuk brain break, guru bisa menggunakan aplikasi Breathe, Think, Do with Sesame atau Stop, Breathe, and Think yang merupakan aplikasi meditasi untuk mengurangi kejenuhan siswa.
Terakhir adalah Optimistic Closure yang berisi kegiatan refleksi dan harapan siswa atas apa yang sudah dipelajari. Sebagai penutup kegiatan pembelajaran, guru dapat meminta siswa untuk membuat mind map pembelajaran melalui apliaksi Poplet. Hal ini dapat membantu guru untuk memonitor pemahaman materi siswa. Selanjutnya gunakan aplikasi Padlet untuk menuliskan perasaan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Beberapa aplikasi yang disebutkan diatas hanyalah sekian dari banyaknya aplikasi yang dapat digunakan guru untuk mengintegrasikan Social Emotional Learning (SEL) kedalam pembelajaran online. Aplikasi-aplikasi tersebut tidak hanya terbatas untuk SEL saja, namun dapat digunakan untuk menunjang kegiatan kelas lainnya.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Semenjak pandemi yang terjadi dua tahun belakangan ini, membuat semua orang dan semua bidang merasakan dampak yang signifikan dalam kesehariannya. Salah satunya pada bidang pendidikan. Dimana biasanya siswa melakukan pembelajaran offline atau tatap muka di sekolah, karena adanya pandemi tersebut semua dituntut untuk beralih menjadi online. Sekolah sekolah di Indonesia mulai aktif mengaplikasikan pembelajaran online untuk semua jenjang hampir diseluruh Indonesia.
Tidak seperti negara Meksiko yang sudah mendigitalisasi materi-materi pembelajarannya, atau Singapura yang setiap gurunya telah dilatih untuk mengajar online dan bahkan memiliki “minggu e-learning” untuk mempraktekan pembelajaran online jika sewaktu-waktu ada bencana alam, atau juga negara Amerika yang bahkan sudah memiliki banyak sekolah negeri virtual.
Di Indonesia sendiri, mengajar online masih menjadi kegiatan yang menantang bagi kita semua, sehingga sebagai guru pun tetap membutuhkan usaha dan waktu yang lebih agar dapat beradaptasi dengan pembelajaran online. Pembelajaran Jarak Jauh atau yang disebut PJJ sebenarnya bukan konsep yang baru. Pembelajaran Jarak Jauh sudah kita lakukan semenjak dulu. Dimana Pembelajaran Jarak Jauh ini adalah payung besar di mana salah satu anggotanya adalah pembelajaran online.
Apakah kamu pernah menonton acara edukatif yang membahas materi pembelajaran di televisi? Atau apakah kamu pernah tahu ada bimbel yang menjual CD video pembelajaran untuk siswa sekolah? Nah hal-hal itu adalah contoh dari pembelajaran jarak jauh di mana kegiatan belajar dilaksanakan tidak di waktu atau tempat yang sama.
Seiring meningkatnya penggunaan internet oleh masyarakat, pembelajaran online pun menjadi pilihan banyak orang dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Walau tanpa adanya pandemi, sebenarnya belajar online bisa menjadi suatu metode pembelajaran yang penting dan dibutuhkan.
Pembelajaran online sebenarnya dapat mengatasi permasalahan di mana populasi manusia semakin banyak dan tidak bisa lagi ditampung dalam bangunan sekolah pada umumnya. Belajar online juga dapat menjadi solusi bagi siswa-siswi yang memiliki halangan untuk datang ke sekolah bisa setiap hari. Misalnya siswa dengan disabilitas, siswa yang tidak memiliki akses menuju sekolah dari rumahnya, atau bahkan mereka yang harus bekerja sehingga hanya dapat mengikuti pembelajaran di luar jam kerjanya.
Pembelajaran Online dapat dikases dimana saja dan kapan saja. Pembelajaran Online dapat menghilangkan batasan jarak dan waktu karena fleksibilitasnya yang tinggi. Dimana materi pembelajaran dapat diakses 24 jam sehari, 7 hari seminggu dimanapun siswa berada.
24 jam sehari? Tapikan guru/instruktur butuh istirahat?
Pada kenyataannya, pembelajaran online bukan hanya sekedar memindahkan kelas biasa ke konferensi video. Namun ada 2 jenis pembelajaran online,yaitu
Pemilihan pembelajaran sinkron maupun asinkron dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran dan hasil pembelajaran apa yang ingin dicapai. Oleh karenanya, pembelajaran online ini bisa menjadi sebuah pembelajaran yang akan terus dipakai di era digital yang bergerak cepat seperti sekarang ini. Sehingga sebagai guru, dosen, mahasiswa ataupun siswa dituntut untuk bisa menggunakan teknologi dalam sebuah pembelajaran guna menghasilkan hasil yang optimal.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Digitalisasi saat ini telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia. Meskipun memberikan dampak positif dalam banyak hal, ternyata digitalisasi juga memiliki sisi negatif. Salah satunya adalah hadirnya Kekerasan Berbasis Gender Online atau KBGO.
Kekerasan berbasis gender online adalah kekerasan yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi atau media online. Kekerasan yang sering dilakukan secara verbal ini dapat terjadi kepada siapa saja tanpa memandang umur dan jenis kelamin.
Namun, perempuan ternyata lebih rentan menjadi korban pelecehan seksual secara online. Hal ini didukung dengan data yang menunjukkan bahwa dari 22 negara, sebanyak 60 persen perempuan telah mengalami kekerasan berbasis gender online.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 38 persen wanita telah mengalami pelecehan seksual online. Hal ini paling banyak terjadi di media sosial Facebook dengan persentase 39 persen.
Media sosial lain seperti Instagram, Whatsapp, Snapchat, Twitter, dan Tiktok juga menjadi platform pelecehan seksual online dengan persentase 6-23 persen.
Angka kekerasan berbasis gender online juga telah meningkat drastis selama pandemi. Pada 5 Maret 2021 Komnas perempuan mencatat terdapat 940 kasus KBGO, angka ini meningkat lebih dari tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu 281 kasus.
Bentuk Kekerasan Berbasis Gender Online
Kekerasan berbasis gender online | pexels.com (Roman Pohorecki)
Ada beberapa bentuk kekerasan berbasis gender online yang dapat terjadi disekitar kita. Pertama troling yang merupakan pelecehan berupa penghinaan, candaan, atau komentar seksis.
Hal ini dilakukan secara berulang terhadap korban/penyintas baik di ruang publik maupun secara pribadi melalui private message.
Kedua yaitu penyebaran foto atau video intim tanpa izin. Dalam KBGO jenis ini foto atau video bisa saja dibuat dengan persetujuan penyintas, namun penyebarannya dilakukan tanpa persetujuan mereka.
Pelakunya seringkali merupakan orang dekat seperti mantan pasangan. Hal ini kadang dilakukan karena motif dendam atau sering dikenal dengan revenge porn.
Selanjutnya yaitu doxing dan impersonasi. Doxing merupakan penyebaran informasi personal tanpa persetujuan pemilik informasi.
Sedangkan impersonasi adalah kekerasan berupa pembuatan akun palsu yang seolah-olah merupakan milik korban. Akun ini kemudian digunakan untuk mengunggah konten-konten tertentu yang bertujuan mencemarkan nama baik korban.
Honey trap dan cyber grooming merupakan kekerasan seksual online yang dilakukan menggunakan hubungan romantis sebagai umpan. Pelaku akan membangun kedekatan emosional serta mendapatkan kepercayaan calon korban.
Hal ini kemudian berlanjut dengan pelecehan seksual secara offline. Pada cyber grooming, kejahatan ini biasanya menargetkan anak atau remaja sebagai korban.
Selain hal-hal di atas masih terdapat bentuk kekerasan berbasis gender online lain seperti pemerasan, peretasan akun, manipulasi foto dan video, dan online stalking yang tentu saja bisa merugikan banyak orang.
Penyintas KBGO dapat mengalami depresi | pexels.com (Mart Production)
Penyintas kekerasan berbasis gender online dapat mengalami berbagai dampak. Secara psikologis, penyintas dapat mengalami ketakutan, kecemasan, bahkan depresi. Dalam beberapa kasus penyintas juga memiliki keinginan untuk bunuh diri akibat pelecehan seksual yang dialami.
Penyintas juga dapat mengalami keterasingan sosial karena menarik diri dari publik, bahkan keluarga terdekat. Hal ini sering terjadi pada perempuan yang foto atau videonya dibagikan ke publik tanpa persetujuan mereka.
Mobilitas yang terbatas serta kerugian secara ekonomi karena kehilangan pekerjaan atau penghasilan juga merupakan dampak merugikan yang dialami penyintas KBGO.
Penggunaan media sosial | pexels.com (Porapak Apichodilok)
Saat menjadi korban pelecehan secara online kita tentu merasa takut, cemas, marah dan berbagai perasaan lain yang tidak menyenangkan. Namun ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam menghadapi hal tersebut.
Pertama, dokumentasikan pelecehan seksual yang terjadi. Hal ini dapat membantu dalam proses pelaporan kepada pihak yang berwenang.
Selanjutnya jika situasi yang dialami semakin buruk, cari bantuan kepada individu, lembaga, atau instutusi terpercaya seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) atau Komnas Perempuan. Bila diperlukan segera laporkan atau blokir akun yang melakukan kekerasan berbasis gender online.
Sayangnya, hingga saat ini Indonesia belum memiliki regulasi yang jelas mengenai kekerasan berbasis gender online. Padahal perkembangan teknologi yang pesat seharusnya diimbangi dengan regulasi yang tepat sehingga tercipta ruang digital yang aman bagi masyarakat.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Ketika bermain game online seperti Mobile Legends, tak jarang kita bertemu dengan sesama player yang toxic. Misalnya, player yang tidak segan berkomentar jahat kepada rekan setimnya hanya karena melakukan kesalahan. Dari situ bukannya fokus adu mekanik, player toxic malah sibuk mengetik.
Tingkat toxic player beragam. Mulai dari yang mengatakan player lain tidak bisa bermain sampai melontarkan hinaan yang tidak ada hubungannya dengan game seperti komentar rasis. Hal ini menjadi menarik untuk ditelisik apa yang menyebabkan seseorang bisa menjadi toxic di game online.
Sebenarnya, developer game sudah menyediakan fitur di mana player bisa melaporkan sesama player yang berlaku buruk selama permainan. Namun, fitur report ini tidak menyurutkan player toxic untuk beraksi dan mengganggu jalannya pertandingan. Biasanya, untuk menghindari sistem yang dapat menyensor kata-kata buruk, kotor, dan kasar, player toxic sengaja salah ketik agar kata-katanya tidak kena sensor dan dapat dibaca oleh pemain lain yang ditargetkan untuk dirundung secara online.
Alasan mengapa player menjadi toxic bisa jadi karena mereka merasa aman bersikap demikian. Sebab mereka tidak bertemu langsung dengan orang-orang di game. Sebaliknya, jika seorang gamer mabar (main bareng) dengan teman tongkrongannya, biasanya bisa bersikap normal.
Ketika bersama teman-temannya saat bermain game, orang cenderung bisa menghindari sikap toxic. Untuk itulah biasanya publisher game mewadahi para player untuk bisa mabar dengan player di komunitas. Bermain secara langsung juga membuat koordinasi selama permainan terwujud. Hal ini bisa mengurangi miskomunikasi sehingga dapat menghindari seseorang berani bersikap buruk kepada sesama player.
Biasanya miskomunikasi saat koordinasi menyusun strategi permainan membuat player merasa kesal dengan rekan setimnya. Nah, hal inilah yang membuat player berani untuk meluapkan emosinya di fitur chat dengan memenuhi kolom chat pakai kata-kata kasar. Seorang gamer seolah telah menyalurkan amarahnya dengan bersikap buruk, tetapi aktivitas terlarang ini justru bisa menjadi lingkaran setan. Sebab bisa membentuk kebiasaan dalam komunitas game dan akhirnya orang-orang dalam game menormalisasi sikap toxic.
Tentu hal ini tidak baik jika sampai merambah ke dunia nyata. Pastinya kita bakalan merasa tidak nyaman saat ada seseorang dengan entengnya berkata toxic di kehidupan sehari-hari akibat kebiasaannya toxic di dunia game online.
Game online yang bersifat kompetitif membuat para playernya merasa tertekan karena ada dorongan untuk terus-menerus push rank atau menaikkan level game mereka ke tahap selanjutnya. Nah, ketika hal ini tidak tercapai, rasa kesal dan kecewa jadi keniscayaan. Ketika player mengalami kekalahan, dia tidak langsung intropeksi diri, tetapi menyalahkan rekan setimnya. Sebenarnya sikap seperti ini tidak direkomendasikan sebab tidak suportif dan sportif.
Idealnya, saat mengalami kekalahan, player bersikap sportif dengan mengakui keunggulan lawan dan membesarkan hati teman-temannya. Walaupun teman-temannya adalah orang-orang random atau orang-orang yang tidak dikenal dan bertemu di game, mereka tetaplah manusia yang punya hati dan perasaan.
Jika dilihat dari sisi korban sikap buruk player, gamer yang mengalami perundungan online bakalan merasakan kelelahan yang berlipat ganda. Selain timnya kalah dan kehilangan poin, dia juga disalahkan oleh rekan-rekan setimnya. Hal ini menjadikan sebuah game menjadi tidak sehat. Yang awalnya ingin mencari hiburan justru dapat perundungan. Tentu saja hal ini mencederai inti dari permainan yang seharusnya menyenangkan dan dapat dinikmati oleh semua orang.
Ketika memutuskan bermain game online yang kompetitif, gamer disarankan bermain dengan teman-temannya di kehidupan nyata. Sehingga hal-hal yang tidak menyenangkan bisa dihindari. Sebab teman seharusnya tidak saling menyalahkan.
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Perkembangan teknologi yang semakin maju telah membuat segala hal menjadi lebih mudah dilakukan, termasuk dalam hal belanja keperluan sehari-hari, memesan barang atau jasa, bahkan membeli makanan. Semuanya serba dapat dilakukan secara online, karena kemudahan ini dianggap dapat lebih menghemat waktu dan tenaga, apalagi bagi yang sedang memiliki kesibukan.
Kemajuan teknologi yang memberikan pelayanan untuk dapat memenuhi keperluan sehari-hari atau memesan jasa secara online telah berhasil memberikan warna baru dalam kehidupan masa kini. Berbagai hal positif telah banyak dirasakan dengan kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi, namun ibarat dua sisi mata uang logam, kemajuan teknologi dalam hal berbelanja online juga menyebabkan kecanduan sebagai dampak negatif bagi mereka yang tidak dapat mengontrol keinginannya untuk berbelanja.
Kecanduan berbelanja online membuat kebanyakan orang pada akhirnya tidak berbelanja berdasarkan kebutuhan, tetapi lebih didasarkan pada hasrat keinginan dan kemudahan mengakses platform belanja online. Dilansir dari Hellosehat.com, Senin (22 Agustus 2022), kecanduan belanja online disebut juga sebagai Compulsive Buying Disorder (CBD) yang merupakan suatu kelainan akibat adanya gangguan kontrol impulsif akibat ketidakmampuan seseorang menahan keinginan untuk membeli barang sebagai pelepas rasa stress, cemas, dan depresi yang sedang dirasakan.
Serupa dengan studi penelitian publikasi dari jurnal Comprehensive Psychiatry, mendapatkan bukti bahwa 122 orang mengalami gangguan kesehatan mental akibat kecanduan belanja online atau Buying-Shopping Disorder (BSD), dimana para peneliti menemukan bahwa pasien dengan tanda-tanda obsesif belanja online memiliki risiko meningkatkan keparahan kecemasan dan depresi yang mereka alami menjadi lebih tinggi apabila obsesi mereka untuk membeli, berbelanja, dan memiliki barang-barang konsumsi yang sebenarnya tidak dibutuhkan itu tidak terpenuhi, hingga memungkinkan mereka untuk berhutang, berdebat, dan kehilangan kendali, seperti dilansir dari Lifestyle.kompas.com, Senin (22 Agustus 2022).
Tanda-Tanda Kecanduan Belanja Online
Bagi seseorang yang mengalami kecanduan belanja online, mereka mungkin tidak menyadari adanya gangguan tersebut dalam dirinya. Dilansir dari Alodokter.com, Senin (22 Agustus 2022), berikut tanda-tanda kecanduan berbelanja online yang perlu diketahui:
Penyebab Kecanduan Belanja Online
Dilansir dari Hellosehat.com, Senin (22 Agustus 2022), terdapat beberapa faktor yang diyakini oleh beberapa ilmuwan sebagai penyebab timbulnya kondisi kecanduan belanja online pada seseorang, sebagai berikut:
Pada dasarnya, dalam jangka pendek melakukan belanja barang yang tidak dibutuhkan secara berlebihan dilakukan kebanyakan orang dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan negatif, seperti rendah diri atau bersedih. Hanya saja, apabila hal tersebut terus menerus dilakukan dapat memberikan konsekuensi merugikan bagi kesehatan mental seseorang akibat banyaknya tagihan belanja yang harus dibayar.
Lalu, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Penanganan kecanduan belanja dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan sumber masalahnya. Dilansir dari Hellosehat.com, Senin (22 Agustus 2022), berikut cara-cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi kecanduan belanja online dengan tingkat keparahan rendah:
Serupa dengan yang dilansir dari Alodokter.com, Senin (22 Agustus 2022), berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk meredakan kecanduan belanja online dengan tingkat keparahan tinggi:
Dengan mengetahui tanda-tanda hingga penyebab kecanduan belanja online, seharusnya seseorang telah mampu menganalisis apakah dirinya sedang mengalami kecanduan belanja online atau tidak. Oleh karena itu, apabila Anda atau orang terdekat Anda mengalami salah satu gejalanya, jangan sungkan segera melakukan langkah-langkah untuk mengatasinya atau memilih untuk berkonsultasi secara langsung pada ahli demi mendapatkan penanganan yang tepat.
Jangan biarkan kebiasaan belanja yang seharusnya menyenangkan, menjadi suatu gangguan kecanduan yang memberikan risiko bagi kehidupanmu.
SUMBER REFERENSI:
Kecanduan Belanja Online, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental. (2019). Lifestyle.Kompas.Com. https://lifestyle.kompas.com/read/2019/11/28/134111120/kecanduan-belanja-online-bisa-jadi-tanda-gangguan-mental?page=all&jxconn=1*y4s74n*other_jxampid*UjJRcDlpYmh3UUR3ZVlCZkEwdHp1aXZBZkJpaGNvZl9WMGVQUmhjUjBKOFRUdWwzWkpCQWRiVld4Rm9hVExpVw..#page2, diakses pada 22 Agustus 2022 pukul 15.07
Marianti. (2019). Kecanduan Belanja Bisa Tergolong sebagai Gangguan Kesehatan Mental. Alodokter.Com. https://www.alodokter.com/kecanduan-belanja-bisa-tergolong-sebagai-gangguan-kesehatan-mental, diakses pada 22 Agustus 2022 pukul 15.36
Rosanti, O. T. (2022). Awas, Ini Tanda-Tanda Anda Sudah Kecanduan Belanja Online. Hellosehat.Com. https://hellosehat.com/mental/kecanduan/kecanduan-belanja-online/, diakses pada 22 Agustus 2022 pukul 14.46
Di era digital seperti ini, kebiasaan karyawan dalam dunia kerja mengalami perubahan yang signifikan. Salah satu contohnya adalah cara pelaksanaan rapat atau meeting. Jika dulu aktivitas meeting sebagian besar dilakukan di kantor secara tatap muka, kini hal tersebut bisa di lakukan secara online atau daring.
Menurut situs Indeed, meeting online adalah sebuah aktivitas yang melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih dalam waktu yang sama, namun di ruang yang berbeda. Meeting online bisa diselenggarakan dalam bentuk meeting berbasis web maupun video conference.
Dalam mengikuti meeting online, tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karyawan, terutama etika saat menghadiri meeting. Berikut adalah etika-etika penting yang perlu diikuti karyawan dalam mengikuti meeting online agar tetap profesional:
1) Mengaktifkan kamera
Saat sedang mengikuti rapat secara daring, pastikan kamera kita aktif. Menyalakan kamera menggambarkan kita menghargai peserta yang ada di dalam rapat. Dengan begitu peserta lainnya dapat melihat bahwa kita mengikuti meeting dengan sungguh-sungguh dan juga terdorong untuk lebih memperhatikan pembahasan saat rapat.
2) Tidak memotong pembicaraan:
Sama seperti rapat pada umumnya, dalam rapat online hindarilah memotong pembicaraan peserta lain karena selain dapat menyinggung peserta rapat lainnya, ini adalah perilaku tidak sopan. Saat kita ingin berbicara atau menyampaikan pendapat kita, sebaiknya kita meminta izin kepada moderator rapat, dengan menekan tombol raise hand terlebih dahulu atau menyampaikan melalui chat box. Setelah moderator mempersilahkan untuk berbicara, kita dapat memulai menyampaikan pendapat kita.
3) Memperhatikan penampilan
Meskipun rapat dilaksanakan secara online atau bahkan di luar kantor, berpenampilan rapi tetap penting. Gunakanlah pakaian formal dan rapi seperti saat sedang melakukan meeting secara offline di kantor. Penampilan yang baik menunjukkan bahwa kita menghargai penyelenggara meeting dan mengikuti meeting secara profesional, dengan begitu peserta lain pun bisa menghargai kita.
4) Tidak melakukan kegiatan lain selama meeting online
Agar kita tetap fokus, pastikan kita tidak melakukan pekerjaan lain saat sedang melakukan meeting online. Hal yang sebaiknya kita lakukan adalah mendengarkan dengan seksama pembahasan meeting online tersebut dan mencatat poin-poin penting yang disampaikan.
5) Datang tepat waktu dan berpamitan saat hendak meninggalkan meeting
Pastikan kita datang dengan tepat waktu. Jika kita terlambat karena ada hal urgent, pastikan kita meminta izin kepada atasan atau mengabari salah satu peserta yang ada dalam meeting tersebut. Selain itu, jangan lupa untuk berpamitan jika kita ingin menyudahi meeting online sebelum selesai waktunya.
6) Mengucapkan terima kasih saat acara meeting selesai
Sebagai bentuk apresiasi dan sopan santun, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih saat rapat sudah selesai. Ucapan ini terdengar sederhana, namun akan sangat berpengaruh kepada penyelenggara dan peserta meeting lainnya.
Meeting online memang terdengar kurang efektif, karena biasanya meeting atau bertukar fikiran di lakukan secara tatap muka, tetapi dengan meeting online peserta yang sedang berhalangan hadir di tempat bisa tetap mengikuti kegiatan tersebut. Ini juga merupakan sebuah inovasi yang memudahkan kita dalam bekerja dan berkoordinasi. Meskipun demikian, etika dan profesionalisme dalam mengikuti rapat online tetap harus diperhatikan.
Referensi:
Indeed. (2022, July 22). What are Online Meetings? (with tips and advantages). Indeed. https://ca.indeed.com/career-advice/career-development/online-meetings