Peran Media Digital dalam Perkembangan Inovasi Perdesaan, Mbalong Kawuk
#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik
Saya masih ingat, pada waktu masih di bangku SMP, di siang yang cukup terik itu dengan sepeda jengki saya melewati salah satu daerah persawahan yang konon terkenal angker. Daerah ini sekilas mirip seperti rawa yang tidak begitu luas dengan keberadaan sungai dan tumbuh-tumbuhan belukar yang liar.
Namun karena di siang-siang bolong, waktu itu saya enjoy saja melewati daerah tersebut sembari melihat pemandangan persawahan yang menyejukkan mata, ditambah dengan semilir angin yang sungguh membuat nyaman. Tetapi di suatu titik di daerah itu, tiba-tiba ban sepeda saya bocor, sehingga terpaksa saya harus mendorongnya daripada velg-nya rusak jika saya maksa menaikinya.
Saya memang jarang melalui jalan ini karena memang bukan rute jalan sekolah saya, tetapi karena saat itu saya hendak pergi ke rumah seorang teman, pemikiran saya berinisiatif melewati jalan itu, yang kebetulan juga menjadi shortcut yang cukup memangkas jarak tempuh.
Tidak hanya sekali, kalau tidak salah pada kesempatan ketiga saya melewati jalan itu, hal yang identik-pun juga terjadi. Waktu itu saya sudah duduk di bangku SMA. Ketika sore menjelang magrib, motor saya tiba-tiba mogok di titik yang sama ketika dahulu sepeda jengki saya bocor. Untung masih belum petang sehingga saya masih tenang saja mendorong motor saya di jalanan persawahan yang panjangnya hampir 1 km itu.
Sebenarnya saya cuek saja mendengar cerita-cerita tentang keangkeran daerah itu, bahkan ketika dua kali saya seperti “dikerjai” ketika melewatinya. Namun demikian, memang salah satu yang begitu lekat di pemikiran orang-orang sekitar termasuk saya adalah tempat itu merupakan tempat yang sepi, sunyi, terasing, jauh dari perumahan warga, dan tentunya gelap sekali saat malam hari.
Namun demikian, setelah lulus SMA saya bertahun-tahun merantau di Jakarta, ternyata digitalisasi tidak hanya lekat berimplikasi pada pola hidup daerah perkotaan, tetapi juga perdesaan, kampung, dan bahkan tempat yang identik “angker” sekalipun. Ketika mulai banyak mengenal media digital di ibukota, saya pikir masyarakat daerah kampung saya belum familiar dengannya, tetapi ternyata saya salah. Banyak keluarga dan masyarakat sekitar kampung saya telah memanfaatkan berbagai media sosial semisal facebook atau instagram.
Walhasil, banyak sekali invitasi pertemanan masuk di akun media-media sosial saya dari orang-orang kampung saya. Ketika sesekali kepo membuka akun orang-orang kampung saya, ada salah satu yang menarik saya, yakni akun instagram bernama Mbalong Kawuk, dengan official lagunya yang asyik didengar.
Siapa sangka, beberapa waktu yang lalu saat saya pulang kampung, pada suatu malam kakak saya mengajak “Yuk kita ke Mbalong Kawuk!”. Meskipun lupa-lupa ingat tentangnya, saya merasa frasa Mbalong Kawuk bukanlah sesuatu yang asing di telinga saya. Lalu saya meng-iyakan saja ajakan kakak saya tersebut, dan kami sekeluarga segera meluncur ke sana.
Ketika kendaraan kami mulai memasuki ujung jalan suatu persawahan, ternyata memori saya secara cepat berputar teringat masa-masa remaja. Saya cukup kaget dan senyum-senyum sendiri, dalam batin saya “ini dia ujung jalan dimana kenangan “manis” ban jengki tetiba bocor dan motor tetiba mogok waktu itu!”, “lalu mengapa kakak mengajak kesini, terlebih di malam hari?”.
Tetapi beberapa puluh meter kemudian saya mulai melihat kerlip-gemerlap lampu-lampu di sepanjang jalan yang tertata rapi. Kemudian sampailah kami di tempat dimana tepat di situlah titik daerah yang konon daerah angker itu, titik lokasi dimana saya “dikerjai” dengan ban bocor dan motor mogok. Tetapi sekarang begitu berbeda, daerah itu kini begitu indah dengan lampu-lampu yang tertata begitu indah, wahana-wahana permainan anak-anak, tempat kongkow anak muda, tempat memancing, kedai-kedai kopi dan berbagai makanan ringan, spot pertunjukan bakat/kesenian, dan sebagainya.

Daerah ini penuh dengan orang-orang, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai dengan kakek-nenek sekalipun. Melihat papan nama lokasi yang ada di atas sungai, akhirnya saya langsung teringat akun instagram Mbalong Kawuk. Saya penasaran apakah benar akun yang sebelumnya pernah saya buka waktu itu adalah akun pengelola Mbalong Kawuk ini. Dan seketika saya melihat berbagai postingan wahana, event, dan sebagainya yang ternyata benar merupakan Mbalong Kawuk ini.

Saya awalnya tidak percaya, tetapi ternyata benar sekali, media digital sepertinya benar-benar telah mendisrupsi kehidupan masyarakat tidak hanya perkotaan, tetapi juga perdesaan. Saya merasa pengelola Mbalong Kawuk cukup cerdas memanfaatkan kearifan lokal masyarakat sekitar yang suka kongkow-kongkow, ngopi, dengan memanfaatkan media digital untuk mempopulerkannya semisal instagram.
Bukan hanya mengubah citra angker daerah tersebut, kehadiran Mbalong Kawuk juga menjadi angin segar bagi pelaku ekonomi khususnya UMKM dan penjual informal seperti penjaja kaki lima. Sedangkan media digital merupakan katalisator perkembangannya. Dengan inovasi-inovasinya, akhir-akhir ini pengelola Mbalong Kawuk, yakni BUMDes Sumberejo Kulon bahkan dianugerahi sebagai Terbaik 1 BUMDes tingkat Provinsi Jawa Timur. Luar biasa!

Referensi:
https://www.instagram.com/mbalongkawuk_/. Diakses tanggal 23 Agustus 2022.
https://www.facebook.com/kacamatatulungagung/. Diakses tanggal 23 Agustus 2022.
https://tulungagung.jatimtimes.com/baca/271569/20220817/114200/kado-istimewa-hut-ke-77-ri-desa-sumberejo-kulon-kecamatan-ngunut-raih-jura-1-bumdesa-tingkat-jatim. Diakses tanggal 23 Agustus 2022.
…