Tag Archives: Perlu

Kualitas Kehidupan Digital Indonesia Anjlog Satu Setrip, Apa yang Perlu Dilakukan?

#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Keterjangkauan layanan internet dan kecepatan broadband di Indonesia perlu semakin ditingkatkan guna memperbaiki kualitas kehidupan digital masyarakat kita.

Perusahaan penyedia layanan virtual private network (VPN), Surfshark, baru saja merilis Indeks Kualitas Kehidupan Digital (Digital Quality of Life Index). Dalam indeks tersebut, Denmark berhasil menyabet predikat sebagai negara dengan kualitas kehidupan digital terbaik di dunia untuk saat ini. Pada tahun 2021 lalu, negara Skandinavia itu berhasil meraih total 0,83 poin, yang menempatkannya di peringkat teratas dari daftar 110 negara yang masuk dalam Digital Quality of Life Index.

Aspek-aspek yang jadi bahan penilaian untuk menetapkan kualitas kehidupan digital yaitu kualitas internet, keterjangkauan, keamanan siber, layanan pemerintahan online, dan infrastruktur elektronik.

Di bawah Denmark, ada Korea Selatan dan Finlandia. Masing-masing dengan 0,76 poin. Menyusul kemudian Israel (0,74 poin), Amerika Serikat (0,74 poin), Singapura (0,72 poin), Prancis (0,71 poin), dan Swiss (0,71 poin).

Denmark paling unggul dalam hal keterjangkauan internet dan infrakstruktur elektronik.Adapun soal kecepatan broadband, Singapura memimpin di urutan paling atas.

Untuk kualitas internet, Korea Selatan menduduki peringkat pertama. Sedangkan untuk pemerintahan elektronik dan keamanan elektronik, masing-masing dimenangi oleh Amerika Serikat dan Yunani.

Lantas, bagaimana dengan posisi Indonesia dalam Digital Quality of Life Index?

Di level global, Indonesia saat ini berada di peringkat 72. Sedangkan di level regional, Indonesia berada di peringkat 20 dari 32 negara.

Untuk keterjangkauan internet, posisi Indonesia berada di peringkat 97. Sementara dalam soal kecepatan broadband, Indonesia berada di peringkat 90.

Adapun untuk kualitas internet, infrastruktur elektronik, dan keamanan siber, Indonesia harus puas berada di peringkat 79, 74, dan 68. Untuk pemerintahan online, Indonesia menempati urutan 66.

Secara keseluruhan, posisi Indonesia dalam Digital Quality of Life Index kali ini anjlog satu peringkat dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya.

Tentu saja, Digital Quality of Life Index ini dapat menjadi rujukan berharga bagi pemerintah kita, terutama dalam upaya meningkatkan keterjangkauan internet dan meningkatkan kecepatan layanan broadband di negeri ini.

Keterjangkauan internet dibutuhkan agar keadilan digital dapat benar-benar mewujud di negara kita. Digitalisasi adalah sebuah keniscayaan. Layanan internet telah menjadi salah satu hak dasar masyarakat, tanpa terkecuali.

Oleh sebab itu, keterjangkauan internet wajib diusahakan. Hingga Juli 2022, masih ada puluhan ribu desa di negara kita yang masih belum terkoneksi internet. Pada saat yang sama, masih ada ratusan pos militer yang juga belum memiliki akses internet.

Kecepatan broadband di negeri ini perlu pula ditingkatkan. Kala dunia kian terdigitalisasi, keberadaan teknologi broadband sangat didibuthkan karena telah menjadi salah satu tulang punggung bagi kemajuan sektor ekonomi.

Para pakar ekonomi sepakat bahwa ketersediaan layanan broadband bakal meningkatkan lapangan kerja dan mengerek pertumbuhan ekonomi. Kajian yang dilakukan Bank Dunia menyimpulkan bahwa 1 persen penetrasi broadband dapat menurunkan 8,6 persen pengangguran, dan 10 persen penetrasi broadband dapat meningkatkan sekitar 1,38 persen pertumbuhan ekonomi. 

Dalam mengejar kualitas kehidupan digital, Indonesia tidak boleh ketinggalan kereta dari negara-negara lainnya. Peringkat kita dalam Digital Quality of Life Index dapat dijadikan bahan masukan penting bagi para pengambil keputusan di negara kita dalam merumuskan dan menetapkan strategi yang tepat dalam ikhtiar mengerek tingkat kualitas kehidupan digital bangsa ini ke posisi yang lebih baik lagi, sehingga turut menopang peningkatan kesejahteraan masyarakat kita, di mana pun mereka berada.***

Strategi Bakar Uang dalam Startup yang Perlu Kamu Ketahui!

Ilustrasi Bakar Uang | Sumber: Unsplash (Jp Valery)


#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Apakah kamu pernah mendengar istilah bakar uang yang saat ini tengah ramai dibicarakan? Pasti anda pernah mendengar tentang promo gratis ongkir maupun voucher diskon yang ditawarkan pada oleh ojek online maupun e-commerce. Terutama di e-commerce warna oren yang menawarkan potongan 60 persen ditambah pula dengan promo gratis ongkir. Kadang terbesit di benak apakah untung jika memberikan promo segitu besarnya? Itulah yang disebut dengan bakar uang.

Sistem kerja dari bakar uang adalah membakar budget yang mereka miliki untuk diberikan kepada pelanggan dalam bentuk promo gratis ongkir serta voucher lainnya. Tujuannya adalah untuk menjangkau konsumen lebih luas atau brand awareness.

Ilustrasi Promo | Sumber: Unplash (Tamanna Rumee)

Contohnya adalah ketika awal munculnya ojek online. Masih sedikit yang menggunakan jasa antar tersebut. Namun ketika mulai bermunculan promo seperti voucher 100 persen semakin banyak konsumen yang berdatangan karena tergiur dengan potongan harganya. Tidak main-main dari yang harganya ratusan ribu bisa kena potongan harga puluhan ribu hingga setengah harganya. Sejak saat itu lebih banyak yang beralih menggunakan pemesanan online. 

Sistem bakar uang tidak hanya dilakukan oleh startup besar. Banyak pula startup baru yang juga menggunakan metode bakar uang. Tujuan dari bakar uang tersebut adalah untuk menarik konsumen. Karena saat ini persaingan sangat sulit. Promo menarik seperti gratis ongkir serta potongan harga hingga cashback kepada konsumen menjadi magnet tersendiri.

Sebenarnya hanya di Indonesia di mana pelaku startup saling melakukan bakar uang. Di luar negeri jarang melakukan persaingan usaha seperti itu. Lalu kenapa sistem bakar uang atau yang dikenal juga dengan burn rate banyak dilakukan oleh pendiri startup? Padahal hasilnya tidak sedikit startup yang bernasib gulung tikar akibat menggunakan strategi bakar uang. Sebenarnya untung atau tidak sih ketika startup menggunakan sistem bakar uang?

Bakar uang merupakan salah satu usaha yang dilakukan perusahaan rintisan untuk mendapatkan banyak konsumen sehingga mampu menguasai pasar. Jika berhasil meraih loyalitas pelanggan maka kompetitor lain mau tidak mau akan mundur. Selain itu akan memberikan ketergantungan terhadap konsumen. Keuntungan yang tinggi juga disertai dengan resiko yang besar juga.

Namun dibalik itu, resiko dari bakar uang juga tidak main-main. Kehilangan profit merupakan tanggungan yang harus dihadapi. Dengan memberikan harga dibawah batas margin atau di bawah harga pasar membuat perusahaan rugi. Namun dengan cara itu dapat menarik konsumen serta menciptakan loyalitas.

Ilustrasi Diskon 50% | Sumber: Unsplash (Tamanna Rumee)

Terjadilah persaingan penawaran harga antar kompetitor. Hal tersebut memicu dumping yang berkelanjutan. Dumping merupakan penawaran harga yang lebih rendah dibandingkan pasar. Tujuan dari bakar uang adalah untuk menciptakan konsumen yang loyal. Ketika tidak ada promo pun para konsumen tetap setia menggunakan aplikasi mereka. Namun, saat ini ternyata lebih banyak masyarakat yang menjadi digital tourism. Mereka mencari-cari aplikasi mana yang memberikan penawaran harga lebih banyak. Konsumen seperti itu yang merugikan uang investor. Ketika pesaing saling melakukan dumping maka perusahaan tersebut sama sama saling tidak memiliki profit. Lalu bagaimana mereka bertahan? Dengan putaran dana oleh investor.

Maka salah satu hal penting ketika suatu startup melakukan bakar uang adalah investor. Tanpa adanya investor bisnis tidak dapat berjalan. Saat ini investor juga lebih selektif dalam menyuntikkan dananya karena mereka menganggap sistem bakar uang tidak dapat terus dijalankan dalam perusahaan. Harus ada path to profitability.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menjelaskan jika saat ini era bakar urang telah usai. Menurutnya 6-18 bulan mendatang industri startup tidak akan seperti saat ini. Jika metode bakar uang tetap dilakukan malah akan menimbulkan masalah yang berkelanjutan. Maka lebih baik jika pelaku startup untuk mengurangi kegiatan bakar uangnya. Akan hadir era baru dan Roderick mengimbau bagi pelaku startup untuk bersiap-siap memasuki era baru.

Sumber : Situs IDX | Situs CNBC Indonesia

Di Zaman Now, Anak Perlu Dibekali Kemampuan Literasi Medsos

#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Media sosial (medsos) telah menjadi bagian dari kehidupan kita semua, tak terkecuali anak-anak kita. Walau mendatangkan banyak manfaat, jika tidak hati-hati, medsos berpotensi membahayakan anak-anak kita. Oleh sebab itu, orangtua perlu melindungi anak-anaknya dari risiko-risiko merugikan dari penggunaan medsos yang mungkin bisa menimpa anak-anak mereka.

Membekali anak dengan literasi medsos adalah upaya antisipatif yang dapat dilakukan para orangtua agar-anak-anak mereka tetap aman menggunakan medsos.

Secara umum, literasi dipahami sebagai kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan yang memungkinkan kita berkomunikasi secara efektif. Ini adalah kemampuan dasar yang idealnya mesti dimiliki oleh setiap individu.

Namun, seiring kemajuan teknologi, kemampuan dasar seperti itu tampaknya masih kurang cukup sebagai bekal untuk bisa berkomunikasi secara efektif di zaman now ini.

Seiring kemajuan teknologi, kita membutuhkan kemampuan literasi yang tak hanya sekadar mampu membaca, menulis, berbicara, dan mendengar. Kita dituntut pula menguasai bentuk-bentuk literasi lainnya. Salah satunya yaitu literasi medsos.

Secara sederhana, literasi medsos didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakses, memahami, menganalisis, dan menghasilkan informasi melalui medsos.

Seperti kita ketahui, sejak hadirnya medsos, kita bukan hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga dimungkinkan menjadi produsen dan juga distributor informasi. Dengan karakternya yang sangat longgar dan terbuka, siapa pun dapat memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi.

Anak perlu dibekali kemampuan literasi medsos agar mereka tak hanya sebatas mampu mengakses medsos, tetapi juga mampu memahami, menganalisis, serta memproduksi informasi melalui medsos.

Lantas, apa yang perlu orangtua upayakan dalam membekali anak dengan kemampuan literasi medsos?

Pertama, melindungi privasi diri sendiri. Medsos dirancang sebagai media untuk berbagi. Namun, dengan karakternya yang sangat longgar dan terbuka, medsos memiliki celah dalam hal privasi para penggunanya. Oleh sebab itu, pastikan anak memahami soal ini. Ajari anak untuk mengelola pengaturan privasi di medsos. Pastikan mereka paham informasi pribadi yang tak seharusnya diunggah di medsos.

Kedua, menghormati privasi orang lain. Setiap orang memiliki privasinya masing-masing. Kita wajib senantiasa menghormatinya. Ajari anak hal ini, agar paham ketika menggunakan medsos mereka harus selalu menghormati privasi pihak lain. Dengan demikian, mereka tidak akan sembarangan mengunggah atau membagikan gambar, foto, video orang lain di jejaring medsos, tanpa seizin orang bersangkutan.

Ketiga, menjadi warganegara yang baik. Seperti di dunia nyata, dunia virtual juga memiliki aturan dan etika. Kita wajib mematuhi aturan dan etika itu. Maka, ajari anak untuk memperlakukan interaksi di dunia virtual seperti di dunia nyata. Latih dan ajari anak, bagaimana berkomentar atau menyampaikan pendapat secara santun, dengan bahasa yang tertata. Ajari pula anak untuk mengedepankan empati dalam setiap interaksi yang dilakukannya di jagat virtual.

Keempat, belajar menjadi skeptis. Medsos saat ini menjadi salah satu alat untuk menyebarkan informasi secara cepat dan masif. Sayangnya, tidak semua informasi dapat dipertangungjawabkan kebenarannya. Tidak sedikit informasi yang disebarkan lewat medsos adalah kabar bohong. Menjadi skeptis adalah sikap yang perlu dilakukan saat kita dihadapkan pada gelontoran informasi di medsos. Dalam hal ini, ajari anak untuk selalu bersikap skeptis. Caranya dengan membekali mereka dengan kampuan untuk mengecek fakta dan data. Ajari anak untuk mengenali mana sumber-sumber informasi yang layak dipercaya dan mana yang tidak layak. Dalam soal gambar dan video, pastikan anak memiliki kemampuan mengenali mana gambar dan video yang wajar dan mana yang tidak wajar. Dengan demikian, anak tidak akan langsung menelan mentah-mentah setiap informasi yang diterimanya melalui medsos.

Kelima, menetapkan batas. Akses medsos yang tidak terkendali dapat saja membuat anak mengalami adiksi. Ini berpotensi mengganggu aktivitas lainnya yang justru penting baginya seperti belajar dan istirahat. Ajari anak untuk memahami kapan waktunya bermedsos dan kapan waktunya untuk melakukan kegiatan lainnya. Untuk itu, ajak anak untuk membuat ketetapan batas waktu dalam hal penggunaan medsos. Buat kesepakatan dengannya dalam hal ini. Jelaskan risiko-risikonya jika anak mengabaikan pembatasan waktu ini.

Sebagaimana dipaparkan di muka, medsos sesungguhnya dapat mendatangkan banyak manfaat buat kita, termasuk anak-anak kita. Namun, jika tidak hati-hati, ia dapat saja membawa sejumlah kerugian. Dengan anak memiliki kemampuan literasi medsos, diharapkan berbagai dampak buruk penggunaan medsos dapat dihindari.

Apa Saja Kecakapan Digital yang Perlu Kita Miliki?

#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Saat ini, kita semua hidup dalam sebuah dunia yang terdigitalisasi. Banyak aktivitas kita yang mesti melibatkan teknologi dan perangkat digital. Maka, kecakapan digital perlu sekali kita miliki. Tanpa kecakapan digital, kita bakal tergagap-gagap menapaki dunia yang terdigitalisasi.

Pertanyaannya adalah: kecakapan digital seperti apa yang perlu kita miliki?

Jika kita telisik, terdapat sekurangnya lima kecakapan digital yang minimal perlu kita miliki dewasa ini. Apa saja?

1. Komunikasi secara digital
Komunikasi adalah salah satu kecakapan penting yang wajib kita miliki. Dengan hadirnya teknologi digital, ada beragam pilihan cara untuk berkomunikasi secara digital. Kita bisa menggunakan surat elektronik, misalnya. Bisa juga memanfaatkan sarana media sosial atau lewat platform perpesanan, macam WhatsApp.

Dalam berkomunikasi secara digital, kita tak hanya melulu menggunakan teks, namun dapat juga melibatkan gambar, suara maupun video. Cara berkomunikasi secara digital ini perlu benar-benar kita kuasai sekarang ini. Tentu saja, bukan hanya menguasai bagaimana menggunakan saluran-saluran komunikasi digital yang tersedia, tetapi juga menguasai bagaimana seharusnya kita mengungkapkan pesan-pesan kita secara digital, mengingat setiap perangkat memiliki kelebihan dan keterbatasannya masing-masing. 

Untuk konteks pekerjaan, bagaimana menggunakan Skype, Zoom atau jejaring pribadi virtual serta bagaimana mengelola jejaring profesional seperti profil LinkedIn termasuk pula bagian dari kecakapan komunikasi secara digital yang perlu kita miliki sekarang ini.

2. Mengelola informasi dan konten
Di era digital, informasi begitu melimpah. Ia mengalir tanpa henti. Problemnya adalah: tak semua informasi kita butuhkan. Di saat yang sama, tak semua informasi benar. Pada titik ini, kita dituntut mampu memilih dan memilah, mana informasi yang kita butuhkan dan mana yang tidak, mana informasi yang benar dan mana yang palsu.

Di sisi lain, saat ini setiap orang juga memiliki peluang untuk menjadi pencipta konten digital dan sekaligus mempublikasikannya. Dalam hal ini, kita dituntut pula untuk mampu memastikan konten digital seperti apa yang layak dipublikasikan dan yang tidak layak dipublikasikan.

3. Melakukan transaksi digital
Beragam aplikasi untuk bertransaksi secara digital tersedia sekarang ini. Dari mulai belanja, bayar tagihan, pesan tiket kereta atau pesawat, kirim uang, hingga pinjam utangan dapat dilakukan secara digital. Kita perlu benar-benar memahami dan menguasai cara-cara transaksi digital yang tersedia. Termasuk juga menguasai cara-cara mengisi beragam formulir digital.

4. Mencari solusi
Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Dengan kata lain, teknologi diciptakan untuk memberi kita solusi atas masalah-masalah yang ada. Beragam teknologi digital dan perangkat digital diciptakan untuk menyelesaikan bermacam permasalahan yang ada di sekitar kita sehingga membuat kehidupan yang kita lakoni menjadi lebih mudah. Kita perlu memiliki kemampuan dalam soal memilih teknologi digital dan perangkat digital yang harus digunakan untuk membantu memudahkan kehidupan kita.

5. Menjaga keamanan digital
Melakukan aktivitas digital bukan tanpa risiko. Jika ceroboh, aspek keamanan dapat saja menjadi taruhan. Oleh sebab itu, kecakapan dalam menjaga keamanan saat melakukan aktivitas digital perlu kita miliki. Sekadar ilustrasi, bagaimana memperlakukan kata sandi (password), cara mengidentifikasi konten atau tautan yang mencurigakan perlu benar-benar kita pahami dan kuasai.

Di samping soal keamanan, yang juga wajib kita pahami dan kuasai adalah soal regulasi. Ini ada kaitannya dengan undang-undang yang berlaku. Di Indonesia, kita, misalnya, memiliki Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Bagaimanapun, setiap aktivitas digital yang kita lakukan dapat membawa konsekwensi hukum. Maka, kehati-hatian perlu sekali kita kedepankan. Termasuk kehati-hatian ini adalah saat kita menggunakan karya orang lain, baik teks, suara, gambar atau video.

Dengan memiliki kecakapan-kecakapan tersebut, diharapkan kita semua dapat lebih nyaman serta aman dalam melakukan beragam aktivitas digital untuk memenuhi beragam tujuan dan kepentingan.***

Orangtua Perlu Ikut Menjaga Jejak Digital Anak

#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperkirakan 1 dari 3 pengguna internet di seluruh dunia adalah anak-anak. Menurut UNICEF, setiap hari ada lebih dari 175.000 anak online untuk pertama kalinya.

Terus terang saja, akses internet membawa banyak manfaat dan peluang bagi anak-anak. Tapi, jika tidak hati-hati, internet juga dapat membawa risiko membahayakan bagi mereka.

Salah satu hal yang perlu diajarkan para orangtua kepada anak-anak dalam kaitannya dengan penggunaan internet yaitu bagaimana menjaga jejak digital. Sebagaimana kita ketahui, setiap aktivitas online kita selalu meninggalkan jejak-jejak digital.

Laman kaspersky.com memberi batasan jejak digital sebagai jejak-jejak data yang kita tinggalkan saat menggunakan internet. Ini mencakup website yang kita kunjungi, e-mail yang kita kirim, dan informasi yang kita kirimkan secara online. Pengguna internet, termasuk mereka yang masih anak-anak, menciptakan jejak digital mereka, baik secara aktif maupun pasif.

Jejak digital aktif tercipta ketika pengguna internet dengan sengaja berbagi informasi tentang diri mereka sendiri. Misalnya, melalui postingan atau berpartisipasi di situs jejaring sosial atau forum online. Jika pengguna masuk ke sebuah website melalui nama pengguna atau profil terdaftar, setiap postingan yang mereka buat merupakan bagian dari jejak digital aktif mereka. Aktivitas lain yang berkontribusi pada jejak digital aktif termasuk mengisi formulir online atau menyetujui untuk menerima cookie lewat perambah (browser).

Sementara itu, jejak digital pasif tercipta ketika informasi dikumpulkan tentang pengguna internet tanpa mereka sadari. Contohnya, situs jejaring sosial dan pengiklan yang memanfaatkan fasilitas like, share, dan comment untuk membuat profil para pengguna dan kemudian menarget mereka dengan konten-konten tertentu.

Jejak digital relatif permanen. Sampai batas tertentu, kita mungkin bisa menghapus jejak digital. Namun, tidak berarti jejak digital itu benar-benar hilang. Karena sumber-sumber lain mungkin saja masih menyimpan jejak-jejak digital kita.

Jejak digital sendiri sangat ikut menentukan reputasi online seseorang, yang sama pentingnya dengan reputasi offline. Sekarang ini, mulai banyak perusahaan yang menjadikan jejak digital sebagai salah satu bahan pertimbangan perekrutan calon karyawan.

Maka, menjaga jejak digital memang penting dilakukan. Komentar, foto atau video yang kita unggah secara online dapat saja menyinggung seseorang atau juga disalahtafsirkan atau malah diubah oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan tertentu.

Konten-konten sensitif yang semula ditujukan untuk grup pribadi atau keluarga dapat saja akhirnya menyebar ke kalangan yang lebih luas dan menimbulkan kegaduhan.

Belum lagi para penjahat dunia maya yang setiap saat dapat mengeksploitasi jejak digital dan memanfaatkannya untuk sejumlah aktivitas kriminal.

Oleh sebab itu, anak-anak kita perlu sekali diberitahu dan dibimbing bagaimana caranya menjaga jejak digital mereka dengan melakukan beberapa langkah berikut.

1. Aktifkan pengaturan privasi medsos
Setiap situs jejaring sosial, blog, dan profil online umumnya memiliki pengaturan privasi. Ajari anak untuk mengaktifkan pengaturan privasi ini. Beri anak pemahaman mana informasi yang boleh diketahui publik dan mana yang tidak boleh. Ingatkan anak agar jangan pernah mengungkapkan informasi pribadi, seperti alamat rumah, nomor telepon, nama sekolah ketika online.

2. Menimbang sebelum posting
Minta anak agar selalu menimbang dan memikirkan terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu secara online. Karena selain dapat diakses publik, postingan yang dibuat dapat saja berdampak pada reputasi online di masa depan atau juga membawa dampak hukum. Begitu juga dalam soal membagikan sesuatu. Ajari anak agar paham mana hal yang memang layak dibagikan dan mana yang tidak layak dibagikan secara online.

3. Selalu mengakses website yang aman
Beritahu anak agar senantiasa mengakses website yang aman, yang alamat URL-nya diawali dengan https, yang merupakan singkatan dari hypertext transfer protocol secure. Juga pastikan memiliki ikon gembok di sebelah kiri bilah alamatnya.

Di era digital sekarang ini, anak-anak kita memiliki hak penuh untuk melakukan aktivitas online. Tugas para orangtua yaitu mengajari dan membimbing mereka agar mampu menjaga jejak digital mereka demi keamanan, keselamatan, dan masa depan mereka.