Tag Archives: Yuk

Yuk Intip Gaya Parenting Ala Gen Z

#DigitalBisa

#UntukIndonesiaLebihBaik

 

Halo para generasi Z, sekarang sedang memasuki fase menjadi orang tua? atau masih betah membujang aja nih. Dihitung dari tahun kelahiran Gen Z yang tahun kelahirannya berkisar antara 1995-2010, maka saat ini mulai memasuki usia 27 tahun (tertua). Sepertinya sebagian Gen Z telah memasuki fase menjadi orang tua, lebih tepatnya memulai fase menjadi orang tua. Yuk kita intip bagaimana gaya parenting para orang tua Gen Z.

Seiring dengan perkembangan teknologi serta berkembangnya pola fikir manusia memberikan banyak perubahan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya gaya parenting. Orang tua zaman dulu, terkesan dengan gaya pengasuhan atau parenting yang kaku serta otoriter terhadap anak. Akan tetapi, orang tua saat ini, khususnya para Gen Z telah memiliki pola fikir dalam parenting yang sesuai dengan tuntutan zaman dan fleksibel terhadap karakteristik anaknya yang merupakan generasi Alpha. Kebanyakan dari Gen Z adalah mereka yang mendapatkan fasilitas pendidikan yang baik dari orang tua mereka. Diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Sehingga tidak heran jika pola fikir Gen Z terbentuk dengan baik. Selain itu, para gen Z memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap isu kesehatan mental, baik kesehatan mental untuk dirinya sendiri sebagai individu yang utuh ataupun kesehatan mental anaknya sebagai individu yang harus tumbuh baik dan bahagia dalam masa perkembangannya. Sehingga Gen Z memiliki empati yang lebih tinggi serta peduli terhadap kondisi kesehatan mental anak. Dari sini, Gen Z bisa dikatakan minim sekali mengotorisasi anaknya serta membiasakan diskusi dengan anak.

Begitu pentingnya kesehatan mental, membuat para Gen Z sadar dengan mulai mempersiapkan bekal yang cukup matang untuk mengarungi kehidupan bersama keluarga kecilnya  dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Mulai dari membiasakan terbuka dengan pasangan tentang berbagai hal dalam rumah tangga, mempersiapkan finansial yang matang mulai dari keuangan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan keluarga, serta tabungan pendidikan anak. Tidak hanya itu, Gen Z sangat terbuka dengan isu kesetaraan gender dalam berbagai aspek, salah satunya urusan rumah tangga. mulai dari membagi tugas dan tanggung jawab dalam rumah tangga untuk dilakukan secara gotong royong ataupun berbagi tugas, suami istri yang sama-sama menggeluti dunia karir, serta membiasakan rumah tangga yang demokratis dan aktif bermusyawarah.

Gen Z juga aktif dalam mengupdate keilmuan parentingnya, mulai dari belajar kepada professional maupun belajar dari media sosial. Ya, memang semudah itu untuk belajar parenting di era digital saat ini. Adanya media sosial membantu banyak orang tua khususnya Gen Z dalam mendalami keilmuan parenting serta saling berbagi pengalaman (dengan tujuan berdiskusi). Selain belajar, Gen Z juga gemar membagikan kelimuan parenting berdasarkan pengalaman masing-masing dalam media sosial, dengan maksud membagi ilmu terhadap teman online dan pengikutnya.

Khasnya lagi dari parenting ala Gen Z, mereka mengedepankan logika dan ilmiah ketimbang mitos dalam berbagai hal termasuk pola pengasuhan. Gen Z justru memilih mencari informasi dari dokter ataupun bidan secara langsung maupun secara online untuk memastikan makanan yang sesuai, penanganan ketika anak sakit ataupun berbagai hal yang mendukung perkembang anak yang maksimal. Saran dari kakek nenek yang kaku, tidak semata-mata diterima untuk kemudian diterapkan, namun diperiksa kebenarannya terlebih dahulu dengan cara ilmiah. “ayo bayinya kasih makan pisang godok, kasian laper”, sering sekali kakek nenek bayi ngotot memberikan saran tersebut pada bayi yang baru berumur belasan hari. Tidak hanya itu, banyak sekali saran yang diberikan kakek dan nenek yang berbau non ilmiah harus menjadi santapan Gen Z setiap harinya.

Dengan munculnya gaya parenting ala Gen Z, bukan berarti menilai sepihak bahwa gaya parenting generasi sebelumnya tidak benar atau tidak sesuai. Sejatinya seluruh orang tua menginginkan yang terbaik untuk perkembangan anaknya, termasuk para orang tua dari generasi-generasi sebelumnya. Hanya saja, semakin berkembangnya zaman, membuat karakteristik anak setiap generasi selanjutnya berbeda-beda yang kemudian memerlukan gaya pengasuhan yang bisa menyesuaikan karakteristik generasi selanjutnya. Semoga seluruh orang tua senantiasa bersemangat dalam mendalami keilmuan parenting yang baik dan sesuai demi tercapainya perkembangan anak yang maksimal.

Yuk, Perbanyak Belajar Ilmu AI

Perkembangan artificial intelligence atau AI semakin pesat seiring berjalannya waktu. Pesatnya perkembangan AI membuat beberapa orang menjadi khawatir tentang potensi peran manusia akan tergantikan oleh AI di masa mendatang.

Tanpa disadari, penggunaan AI semakin banyak dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Sebelum AI berkembang dengan pesat dan cepat, banyak aktivitas manusia yang harus dilakukan secara manual, sehingga menyita waktu, tenaga, dan bahkan uang.

Dulu saat ingin mencari informasi untuk referensi, kita harus mendatangi perpustakaan dan membuka halaman buku satu per satu. Namun, semenjak adanya mesin pencari otomatis yang bernama Google, kini kita dapat mencari informasi jauh lebih cepat dan mudah. Bahkan Google pun dapat mengetahui informasi apa yang kita butuhkan dengan teknologi algoritma.

Dari aspek transaksi jual beli, sebelum adanya online shop, hampir semua aktivitas perbelanjaan dilakukan secara offline dimana kita harus mendatangi mall atau warung tersebut untuk membeli berbagai macam barang yang dibutuhkan. Kini belanja dan membayar berbagai tagihan dapat dilakukan dengan mudah melalui beragam aplikasi online shop seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dsb. Mereka dapat memahami kebutuhan dan selera kita belanja. 

Masih ingatkah dengan masa dimana kita harus berjalan ke pangkalan untuk mencari moda transportasi seperti ojek atau taksi? Kini, kita dapat memesan ojek atau taksi dengan menggunakan aplikasi. Selain memudahkan untuk mendapatkan moda transportasi dengan lebih mudah dan efisien, kendaraan online ini juga bisa dibilang lebih murah karena harga dan jarak terukur lebih jelas. 

Selain dalam hal aplikasi, teknologi AI juga berkembang dalam bentuk robot. Sebagai contoh, kita bisa melihat robot pembersih mulai berfungsi dalam berbagai rumah. Mereka dapat membersihkan berbagai sudut rumah dengan teliti dan cepat. Selain di rumah, beberapa robot juga mulai berfungsi di berbagai fasilitas publik, seperti restoran hingga bandara. Teknologi ini tentunya berfokus membantu pekerjaan manusia yang bisa di bilang rutin di lakukan sehari-hari.

Melihat banyak bukti perkembangan AI dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk mulai mempelajari teknologi tersebut. Setidaknya, luangkanlah sedikit waktu setiap hari nya untuk mempelajari ilmu tentang AI di berbagai artikel, internet atau buku. Setelah itu, mulailah memanfaatkan teknologi AI sederhana yang ada di sekitar, seperti Chat GPT, chatbot, dsb. Tetapi tetap gunakan AI secara bijak yah !

Menurut buku yang berjudul “Artificial Intelligence in Practice” karya Bernard Marr dan Matt Ward, apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita tidak mampu mentransformasikannya secara menyeluruh, maka AI akan mengubahnya. Pesan ini bermaksud bahwa semua pekerjaan mempunyai kemungkinan untuk tergantikan dengan AI. Untuk itu, kita harus aware dengan perkembangan AI. 

Tidak perlu khawatir dengan perkembangan AI, karena pada dasarnya AI diciptakan untuk membantu meringankan pekerjaan manusia. Namun, jika kita enggan belajar skill AI dan memanfaatkan teknologi tersebut, serta tidak aktif mengupgrade diri, maka AI berpotensi menggantikan peran kita. 

Referensi: 

Marr, B. (2021). Artificial Intelligence in Practice. Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.